Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Harry Kane layak menyandang label sebagai pemain Inggris paling bersinar pada musim 2014/15. Kane mengemas 31 gol dalam 51 partai bersama Tottenham Hotspur di semua kompetisi.
"Tujuan Harry jelas, yaitu dirinya mesti tampil lebih baik daripada musim 2014/15. Jika tetap menunjukkan standar serupa, hal itu pertanda Anda tak berkembang," kata legenda Spurs, Osvaldo Ardiles, kepada Harian BOLA, saat klub London itu melakoni tur pascamusim ke Malaysia Mei silam.
Saran Ardiles terkesan simpel dan tak penting sebab semua pemain tentu tahu soal kewajiban mengembangkan performa.
Namun, mempertahankan konsistensi di Premier League memang bukan perkara mudah. Banyak pemain yang gagal menjaga standar kualitas setelah menjalani periode sensasional di musim sebelumnya.
Striker Swansea, Miguel Perez Cuesta, alias Michu, adalah contoh terbaik. Ia "meledak" pada musim 2012/13 berkat torehan 18 gol di EPL.
Tebak berapa gol yang dicetak Michu pada 2013/14? Dua!
Beban berat mengulangi pencapaian musim lalu sepertinya juga ditanggung Kane. Terakhir kali Kane mencetak gol di Premier League adalah di laga kontra Everton, 24 Mei silam.
Sejak itu, ia telah melalui 483 menit tanpa gol meskipun upaya kerasnya terlihat dalam 14 tembakan.
Rekening gol Kane di EPL 2015/16 masih kosong. Ia kembali gagal masuk papan skor saat Spurs meraih kemenangan 1-0 di kandang Sunderland, Minggu (13/9).
Lawan seolah sudah tahu betul bahwa mematikan Kane adalah cara terampuh buat menahan Spurs. Pada babak pertama, penggawa Sunderland bahkan tak mengizinkan Kane sekali pun menyentuh bola di area kotak mereka!
Selama 90 menit tampil, Kane melepas empat tembakan dan hanya satu yang tepat mengarah ke sasaran.
Namun, kesalahan tak bisa ditimpakan sepenuhnya kepada Kane. Strategi Manajer Spurs, Mauricio Pochettino, juga patut dikritisi.
Melawan tim juru kunci, Sunderland, Pochettino justru menempatkan seorang bek (Eric Dier) di pos gelandang jangkar dan memasang tiga penyerang yang tak memiliki kelihaian melepas umpan (Son Heung-Min, Dele Alli, Nacer Chadli).
Situasi baru berubah saat Pochettino memasukkan Andros Townsend (menit ke-62) dan Erik Lamela (67’).
Lamela adalah penyedia assist bagi gol kemenangan Spurs yang dicetak Ryan Mason. Proses gol tersebut secara total melibatkan 15 operan.
Namun, kemenangan perdana Spurs di EPL 2015/16 meminta tumbal. Mason harus ditarik keluar usai mencetak gol lantaran ia mengalami benturan dengan Costel Pantilimon.
"Gol itu menunjukkan bagaimana sepak bola yang coba kami mainkan dan filosofi tim. Kami akan memeriksa Mason besok (hari ini). Itu adalah benturan keras di lutut," kata Pochettino di BBC.
Penulis: Sem Bagaskara