Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sebotol garam di antara dua buah telur. Itu tema yang dipilih harian Marca menjelang derbi Madrid La Liga pamungkas di Vicente Calderon pada awal Februari.
Di belakang garam dan dua telur, ada lipatan jersey pas di bagian lambang klub. Tulisan Sal Con Huevos pun dipilih menjadi tajuk utama harian olah raga yang berbasis di Ibu Kota Spanyol tersebut.
Secara harfiah, sal con huevos memang berarti garam dan telur. Beberapa hari sebelumnya, ada insiden menarik antara Alvaro Arbeloa (bek Madrid) dan Diego Simeone (pelatih Atletico) soal telur dan garam!
Dalam satu konferensi pers, Arbeloa bilang Atletico tim yang sering diuntungkan wasit. Simeone membalas ia tak tahu maksud ucapan dari Arbeloa.
“Karena kami bertetangga lain kali saya akan tanya apa maksudnya,” ucap Simeone waktu itu. Arbeloa menjawab lagi. “Sekalian saja kalau dia juga butuh telur dan garam, dia tahu di mana rumah saya."
Nah, di Spanyol, sal con huevos tak hanya berarti telur dan garam, tapi juga sebuah ungkapan yang memiliki makna kiasan: tunjukan keberanian! Dua telur dan sebotol garam itu adalah simbol keberanian tadi.
Marca sendiri dikenal sebagai salah satu media yang “pro” Real Madrid, sehingga mudah untuk menyimpulkan tajuk itu ditujukan buat Los Blancos (Si Putih).
Saat itu Madrid memang dalam kondisi amat inferior di hadapan sang tetangga. Sudah lima pertemuan terjadi di semua ajang pada musim tersebut, Madrid tak pernah menang!
Mereka kalah tiga kali, termasuk takluk 1-2 di rumah, dan imbang dua kali. Wajar kalau suporter Los Blancos yang saat itu masih diarsiteki Carlo Ancelotti, menuntut penampilan berani.
Sukseskah Madrid? Sama sekali tidak. Yang ada malah bencana. Empat gol dari Tiago, Saul Niguez, Antoine Griezmann, hingga Mario Mandzukic memastikan Los Blancos hancur 0-4 di Vicente Calderon.
Atletico menang kandang-tandang di derbi Madrid untuk kali pertama sejak 1951 atau lebih dari setengah abad.
Atleti berpesta, Simeone juga membuktikan, terutama ke Arbeloa, bahwa ia dan anak asuhnya yang lebih punya keberanian.
Dua Pelatih
Hampir delapan bulan berlalu. Simeone dan Arbeloa masih di ada di klub masing-masing. Don Carlo sudah meninggalkan Madrid dan digantikan Rafael Benitez.
Dari sisi tuan rumah, rasanya sulit sekali mencari pelatih yang bisa merevolusi sebuah klub seperti Simeone merevolusi Atletico.
Dari kubu tamu, Benitez juga sukses merevolusi Los Blancos menjadi tim yang amat solid di belakang sambil tetap mempertahankan porsi ketajaman.
Duel ini bakal menjadi pertemuan perdana bagi dua pelatih revolusioner ini, yang punya sejumlah kesamaan. Sebut saja faktor keseimbangan. Hal ini amat diagungkan kedua sosok pelatih.
Terbukti di musim ini, revolusi Rafa membantu Madrid menjadi tim pemilik pertahanan terbaik di La Liga 2015/16. Simeone dan Atletico? Mereka tetap tim super yang dikenal akan ketangguhan pertahanannya.
Siapa yang akan unggul? Sejarah pertemuan kedua pelatih melawan kedua klub menunjukkan tak ada yang dominan. Total Benitez sudah 11 kali bersua Atletico di semua kompetisi dengan panji klub berbeda.
Ia pernah memenangi duel melawan Atletico saat masih melatih Tenerife pada November 2000, Valencia pada 2003 dan 2004, serta Liverpool di leg II semifi nal Liga Europa 2009/10.
Simeone? Ia meraih enam kemenangan dan tujuh kali kalah dari 17 derbi terakhir.
Penulis: Rizki Indra Sofa