Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sebuah provokasi telah membuat Chelsea bisa mengalahkan Arsenal pada pekan lalu. Di sisi lain, kini para lawan sudah belajar bagaimana menghindari kemungkinan provokasi yang dilancarkan The Blues.
Pada Sabtu (26/9), Newcastle United bakal menjamu Chelsea. Manajer Steve McClaren pun langsung melepaskan peringatan kepada pemainnya untuk tidak sedikit pun terpancing provokasi lawan.
“Kami harus berhati-hati terhadap provokasi ala Chelsea. Mereka sepertinya jagoan dalam hal itu,” kata McClaren.
Skandal antara striker Chelsea, Diego Costa, dan bek Arsenal, Gabriel Paulista, memang telah menjadi bahan perbincangan hangat. Kini di mata kubu lain, Costa ternyata tak hanya memiliki daya gedor kelas dunia, tetapi juga daya provokasi yang kuat.
Selain itu, sisi yang membuat para manajer lawan heran ialah Costa belum juga mendapatkan kartu merah sepanjang kariernya di EPL.
Dalam 44 pertandingan bersama Chelsea, Costa hanya mendapatkan 10 kartu kuning. Kalaupun dia pernah dihukum larangan bermain tiga kali, hal tersebut karena akumulasi kartu kuning.
Padahal, sudah berulang kali Costa memunculkan kontroversi. Pernah berseteru dengan bek dan kiper Everton, Seamus Coleman serta Tim Howard. Pernah pula menginjak Emre Can saat bertemu Liverpool, sampai "bermain silat" dengan bek Arsenal, Laurent Koscielny serta Gabriel.
Namun, semuanya lolos dari ganjaran wasit. Manajer Chelsea, Jose Mourinho, malah menyukai ulah penyerangnya itu.
“Costa bermain seperti yang seharusnya. Itulah kenapa stadion penuh dan Anda menjual pertandingan ke seluruh dunia dengan harga jutaan. Saya menyukainya dan dia man of the match bagi saya,” ucap Mourinho di situs resmi klub.
Ucapan Mourinho itu semakin menegaskan bahwa provokasi sudah merupakan bagian dari cara Chelsea menyelesaikan masalah.
Tak Ada Maaf
Suatu saat Mourinho pernah berkata tentang kecintaannya kepada konflik. “Seorang pemimpin sejati mencintai konflik.” Mou pernah pula menyebut agitasi. “Terkadang, perlu pula menjadi agitator.”
Mourinho agaknya telah menjadikan Chelsea sesuai dengan pikirannya, mengatakan apa yang dimaksudkan, dan bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan.
Bisa jadi Mourinho memang tidak menyukai sepak bola berjalan lurus-lurus saja. Baginya sepak bola seperti halnya kehidupan yang penuh dinamika, termasuk tidak perlu ada kata maaf saat terlibat kontroversi.
“Ketika pertama kali tiba di Chelsea, saya merasa klub ini butuh seorang agitator untuk mendapatkan kebanggaannya. Saya ingin menjadi katalis untuk emosi yang positif, seseorang yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri,” kata Mourinho.
Sikap tersebut ditularkannya kepada pemain dan ajarannya sudah tampak seperti saat Chelsea terlibat perebutan posisi juara grup Liga Champion, yang berakhir imbang 0-0 pada musim 2004/05.
Anak buahnya, Michael Essien, menekel secara brutal pemain Liverpool, Dietmar Hamann. Gelandang The Reds itu terkapar kesakitan dan berteriak: “Tekel paling ganas yang belum pernah saya rasakan. Namun, Essien tak satu kali pun mencoba meminta maaf.”
Tak ada kata maaf. Respons dari kubu Chelsea malah kian menyakitkan. Mourinho merespons lewat gestur tak peduli, seolah
Penulis: Dedi Rinaldi
Kembali ke Jalur
Chelsea bangkit meraih dua kemenangan dengan skor meyakinkan: melawan Maccabi Tel Aviv 4-0 di Liga Champion dan Arsenal 2-0 di Premier League. Sebelumnya, Chelsea mengalami hasil-hasil buruk karena fungsi playmaker seperti menghilang dari permainan mereka. Dalam dua pertandingan terakhir, fungsi itu kembali dengan Cesc Fabregas serta Eden Hazard tampil baik seperti musim lalu.
Dua kemenangan beruntun tersebut akan menjadi awal dari kembalinya Chelsea ke jalur yang benar. Mereka bisa mengejar ketertinggalan di klasemen EPL. Selisih poin dari Manchester City memang masih jauh, tapi persaingan di EPL sangat ketat sehingga peluang Chelsea untuk mempertahankan gelar juaranya masih terbuka.
Apalagi City mengalami kekalahan dari West Ham pada akhir pekan kemarin. Hasil itu menegaskan bahwa apa pun bisa terjadi di Premier League.
Muhammad Arif Farhani
CISC Pontianak