Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pelatih Ingin Cepat 'Kiamat', Ini Reaksi Menpora

By Ary Wibowo - Rabu, 9 September 2015 | 16:05 WIB
Menpora Imam Nahrawi (Herka Yanis/Bolanews)

Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, meminta agar para pelatih sepak bola di Indonesia dapat bersabar dalam menanggapi kondisi persepakbolaan di dalam negeri.

Harapan itu diungkapkan Menpora menanggapi komentar mantan pelatih Sriwijaya FC, Kas Hartadi. Saat Juara.net ingin menyambangi Menpora untuk melakukan wawancara eksklusif di ruang kerjanya, Senin (7/9), Kas sempat menitipkan pernyataan.

"Menpora harus sadar bahwa apa yang diperbuatnya merugikan semua pihak. Kami sebagai pelatih tak bisa melatih dan bekerja. Mau dapat rezeki dari mana kami?" ujar Kas Hartadi.

Pernyataan itu diungkapkan Kas sebagai bentuk keprihatinannya terhadap kondisi persepakbolaan Indonesia. Menurut Kas, dengan adanya konflik antara Menpora dan PSSI, saat ini banyak pelatih sepak bola yang menjadi korban.

"Katakan ke Menpora bahwa saya tiap hari berdoa, berdoa untuk apa? Berdoa agar cepat kiamat. Kalau tak bekerja seperti ini kami bisa tak hidup lagi, sama saja seperti kiamat," tambah pelatih yang sukses membawa Sriwijaya FC menjuarai ISL 2011/12 tersebut.

Juara.net pun menyampaikan "pesan" itu kepada Menpora. Begitu mendengarnya, Menpora sontak tampak terkejut. Ia pun menuturkan, "Sampaikan salam hormat saya. Akan tetapi, jangan sampai berbicara kiamat seperti itu. Berdoa saja agar ke depan tak ada mafia bola yang menelantarkan pelatih dan pemain."

Menpora menjadi sorotan setelah mengeluarkan putusan membekukan PSSI pada April lalu. Akibat pembekuan itu, PSSI lalu menghentikan seluruh kompetisi sepak bola di Indonesia dengan alasan Force Majeure.

FIFA pun langsung turun tangan dengan menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia. FIFA menganggap tindakan Menpora membekukan PSSI adalah bentuk adanya pelanggaran terhadap statuta mereka, yakni adanya intervensi dari pemerintah.

Alhasil, kondisi persepak bolaan Indonesia "mati suri" dan tim nasional di semua level usia tidak dapat mengikuti turnamen internasional. Untuk mengisi kekosongan kompetisi, pemerintah membentuk dua turnamen, Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden.