Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Yabes Roni Malaifani adalah orang yang menuntun saya membuka peta dan menelusuri Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Alor, dan Desa Moru. Tak mungkin saya telusuri peta di mana Alor, di mana Moru, dari peta wilayah Indonesia.
Penulis: Zen Muttaqin
Buta dengan keadaan dan tak mau mengenal wilayah tentu adalah kerugian besar bagi masyarakat kita. Apalagi, kebanyakan dari kita tak ingin mengenal daerah-daerah terpencil yang jauh dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.
Adat istiadat serta cara hidup mereka jadi terasing karena jarang ada interaksi sosial-ekonomi pihak luar. NKRI hanyalah khayalan yang tak pernah terjangkau fisik maupun pikiran.
Itulah kenapa seorang Yabes Roni menjadi pahlawan daerahnya. Nusa Tenggara Timur sendiri memiliki kawasan sangat luas yang terdiri banyak sekali pulau. Kabupaten Alor memiliki 20 pulau, 9 di antaranya telah dihuni oleh 190.026 jiwa (sensus 2010) dengan geografi yang bergunung-gunung.
Kombinasi gunung dan pantai tersebut menjadi potensi bagi pariwisata yang hingga kini belum pernah terjamah.
Yabes Roni dilahirkan di salah satu desa di Kabupaten Alor, yaitu di Moru, Kecamatan Alor Barat Daya, pada 6 Februari 1995. Ia kini genap berusia 20 tahun dan sejak kecil memang Yabes sudah sangat mencintai bola dan sepak bola, sehingga setiap hari selalu memainkan bola walau hanya dipantulkan di dinding rumahnya.
Perjuangan menekuni sepakbola tidaklah semudah teman-teman sebayanya di daerah lain di indonesia, apalagi di Jawa yang sudah banyak memiliki SSB di setiap daerahnya. Ia mesti menjalani latihan dengan menempuh perjalanan yang jauh dari rumahnya. Dibutuhkan waktu satu jam naik angkot ke tempat latihan.
Kemampuan mengolah bola Yabes benar-benar tumbuh dari bakat alamnya. Ia hampir tidak mungkin memperoleh ilmu dari berlatih sendiri sebesar apapun talenta yang dimiliki.
Memulai karier di PSKD, klub kampung di Moru, Yabes awalnya hanya bermain di level tiga tim antar kampung (Tarkam). Ia kemudian berlanjut memperkuat Klub Persap Alor sebelum bintangnya terus naik, walau masih di level bawah.
Kebesaran pelatih Indra Sjafrie mampu menembus batas batas penghalang dan mengendus talenta sang pemain. Tanpa keyakinan sang pelatih, tidak akan ada kesempatan sedikit pun bagi Yabes berkiprah sebagai pemain sepak bola yang diperhitungkan.
Ketika sudah di NTT pun, Coach Indra tidak akan mungkin bertemu dengan Yabes apabila tidak ada penggemar yang sangat mengidolakannya di Alor. Sang pelatih mencoba keberuntungan ketika diberi tahu ada seorang pemain berbakat dengan usia muda dari seorang pengemudi ojek.
Perjalanan Coach Indra sungguh merupakan contoh tauladan yang membesarkan hati. Ia memberi kembali harapan setiap insan sepak bola di Indonesia, yang mengalami ketidak pastian bertubi-tubi akibat salah kelola sepak bola.
Pertemuan sang pelatih dengan Yabes ibarat mempertemukan talenta Indonesia yang terpendam dengan keyakinan bangsa terhadap kembalinya kehormatan dan martabat bangsa melalui sepak bola.
Yabes adalah contoh bakat yang hampir saja tercecer. Beruntung ia terselamatkan oleh keyakinan Coach Indra. Lantas, bagaimana dengan bakat-bakat lain yang hingga kini tak terjangkau oleh PSSI dan programnya yang menggurita, tapi tak menghasilkan apa-apa?
Keyakinan dan ketaatan untuk berjuang mewujudkannya adalah semangat yang tersirat di dalam perjalanan penemuan bakat Yabes Roni oleh Indra Sjafrie.
Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !
Baca artikel aslinya di Kompasiana: Yabes Roni, Pahlawan Bola dari NTT