Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Berikut sejumlah faktor yang menjadi alasan Inter menjual Mateo Kovacic ke Real Madrid.
1. Finansial
Pelatih Roberto Mancini menegaskan penjualan Kovacic dan Xherdan Shaqiri (17 juta euro) dilakukan secara berat hati demi menghormati aturan Financial Fair Play dari UEFA. Inter berada di bawah mikroskop UEFA karena rapor keuangan yang buruk. Badan sepak bola tertinggi Eropa itu menetapkan Inter hanya dibolehkan mencatat angka defisit maksimal 30 juta euro pada musim 2015/16.
Jelas tugas berat buat Presiden Erick Thohir mengingat klub mencatat kerugian sekitar minus 102 juta euro (2013/14) dan -90 juta (2014/15) pada dua musim terakhir! Penjualan Kovacic menyuntikkan dana segar 35 juta euro atau setara 534,5 miliar rupiah. Di lajur neraca transfer pemain per 19 Agustus, Inter mengeluarkan uang 63,7 juta euro, tapi mendapatkan 79,4 juta euro dari hasil penjualan.
Artinya, transfer Kovacic membantu klub menuai untung 15,7 juta euro sehingga menghindarkan Inter dari bencana kerugian lebih besar. Mancini juga tak punya banyak pilihan karena Kovacic-Shaqiri ialah dua pemain bernilai pasar tertinggi di skuatnya, di luar Mauro Icardi (32 juta euro). Kovacic pun resmi menjadi penjualan termahal ketiga sepanjang sejarah Inter.
2. Potensi Tak Keluar
Di Inter, Kovacic ditempa oleh tiga pelatih. Namun, tak satu pun di antara Andrea Stramaccioni, Walter Mazzarri, atau Mancini sanggup mengeluarkan kemampuan “Ferrari” yang mereka miliki itu. Kovacic harus menunggu dua tahun guna mencetak gol pertamanya di Serie A buat Inter. Faktor usia yang masih muda menjadi pemakluman. Cuma, melihat permainannya yang apik bersama timnas Kroasia, muncul asumsi ada yang salah dengan kesulitan para pelatih itu mengeluarkan potensi sebenarnya Kovacic.
3. Inkonsistensi
Begitu diresmikan sebagai pemain Inter dua tahun silam, Kovacic langsung diberikan nomor punggung 10 yang keramat sepeninggal Wesley Sneijder. Pada beberapa kesempatan, ia sukses tampil sesuai ekspektasi, tapi tak jarang pula mengecewakan. Inkonsistensi penampilan ini membuatnya sering juga tak tampil penuh dalam laga.