Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

RETRO: Irfan Bachdim Masih Impikan Perkuat Timnas

By Caesar Sardi - Rabu, 2 September 2015 | 15:00 WIB
Ilustrasi. (Dok. BOLA)

Belanda yang kisah hidupnya sempat diserialkan di BOLA itu untuk kali pertama bermain di Liga Utama Belanda, Eredivisie.

Gelandang serang kelahiran 11 Agustus itu bermain penuh memperkuat FC Utrecht saat menjajal VVV Venlo. Walaupun klubnya dipermalukan tim tamu, 1-4, penampilan Irfan tidak terlalu mengecewakan. Dia bahkan sempat menyumbangkan peluang mendapatkan tendangan penalti untuk FC Utrecht karena dijatuhkan di zona kotak terlarang. Sayang, Kevin Vandenberg gagal mengoptimalkan peluang. Dibantu oleh sang ayah, Noval Bachdim, sebagai penerjemah dalam percakapan telepon internasional, Minggu (24/2), BOLA bisa mengetahui info terkini soal Irfan. Termasuk soal keinginannya memperkuat timnas Indonesia.

Bagaimana perasaan memulai debut di Liga Belanda?

Ini momen terindah dalam hidup saya. Akhirnya cita-cita saya menjadi pesepakbola profesional bisa terwujud. Sayang, saya bermain kurang bagus dalam pertandingan itu. Utrecht kalah telak di kandang. Intinya masih banyak yang harus saya benahi jika ingin jadi pemain inti di klub.

Bisa cerita proses perekrutan hingga teken kontrak dengan Utrecht?

Sesuai dengan aturan di Belanda, seorang pemain junior yang sudah memasuki usia 18 tahun mendapat dua opsi dari klubnya, dikontrak atau dilepas untuk mencari klub lain. Saya beruntung ditawari opsi pertama menandatangani youth contract di FC Utrecht selama dua tahun. Status saya saat ini pemain tim jong Utrecht (tim kedua). Setiap Senin kami berkompetisi rutin dengan tim-tim muda klub lain anggota Eredivisie.

Normalnya pada usia 21 tahun saya baru menandatangani kontrak profesional penuh dari klub. Namun, proses itu bisa dipercepat jika selama tiga bulan berturut-turut saya ikut berlatih atau memperkuat tim senior.

Boleh tahu nilai nominal kontraknya?

Saat ini saya dibayar 1.100 euro (Rp 15 juta) per bulan. Tetapi, sesuai kontrak, angkanya bisa naik menjadi empat kali lipat jika saya bermain di tim utama. Nilai nominalnya memang tak besar, tetapi tak soal karena saya yakin jika penampilan terus meningkat harga saya akan semakin melambung dengan sendirinya.

Sempat Emosi

Masih punya keinginan memperkuat timnas Indonesia?

Bisa memperkuat negara tempat kelahiran papa merupakan impian saya sejak lama. Saat timnas U-23 Indonesia berlatih di Belanda, saya sempat bergabung, walau akhirnya saya kecewa karena tanpa ada pemberitahuan dicoret.

Informasi soal pencoretan pun saya ketahui dari papa yang membacanya lewat internet. Kenapa saya harus membacanya lewat internet? Seharusnya tim ofisial Indonesia bicara langsung. Karena emosi, saya terucap keinginan untuk tak lagi memperkuat timnas Indonesia.

Tetapi, emosi saya akhirnya mereda setelah bertemu langsung dengan salah satu asisten Mr. Foppe (Foppe Da Haan/pelatih timnas U-23). Dari dia saya tahu alasan kenapa saya dicoret. Sebagai pemain profesional saya bisa menerimanya.

Jika ada kesempatan lagi, saya tentu dengan senang hati datang memenuhi panggilan timnas Indonesia. Umur saya masih muda, masih banyak event internasional lain yang bisa saya ikuti. Yang penting saat pemanggilan mereka meminta izin ke klub.

Bagaimana jika sebaliknya yang meminta justru timnas Belanda?

Tawaran yang sulit ditolak. Semua pemain yang berkiprah di Eredivisie tentu memendam obsesi ingin memperkuat timnas Belanda, yang berada di level kelas dunia. Termasuk juga saya.

Tetapi, jika disuruh memilih, saya tentu lebih suka bermain buat Indonesia dengan pertimbangan silsilah keturunan. Ayah saya orang Indonesia asli, sementara ibu saya walau berkewarganegaraan Belanda masih memiliki darah Indonesia. Tetapi, soal keputusan akhir saya memilih untuk bermain masih akan saya pikirkan masak-masak setidaknya sampai dua tahun mendatang pada saat saya harus memutuskan menjadi warga negara mana.

(Penulis: Ario Yosia)