Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Hanya ada dua kemungkinan sebagai ujung dari sebuah eksperimen, yaitu gagal atau berhasil. Akan tetapi, Liverpool terus melakukannya meski dalam tiga pertandingan di Premier League hasilnya belum maksimal.
Dalam dua laga, The Reds memang meraih kemenangan, tapi hanya mencetak masing-masing satu gol. Sedangkan dalam laga krusial melawan Arsenal pada Senin (24/8), Si Merah malah tidak mencetak gol.
Fakta minimnya mencetak gol, tapi bersih dari kebobolan, sempat mengapungkan isu bahwa Liverpool telah menjadi tim yang pragmatis. Mereka kini tim yang senang "mematikan" pertandingan meski hanya menang melalui satu gol.
Jika mengacu pada pernyataan Manajer Brendan Rodgers, rasanya eksperimen yang tengah dijalankan Liverpool bukan tentang gaya pragmatis. Yang terjadi sekarang ialah Liverpool tengah melengkapi pass and move ala Rodgers dengan gaya direct football khas Inggris.
Kedatangan pemain-pemain baru, salah satunya striker Christian Benteke, diakui Rodgers membuatnya memiliki pilihan untuk mengkreasi gaya bermain Liverpool secara keseluruhan.
Liverpool kini punya gaya permainan yang lebih menyerang. Hal itu tidak lepas dari kedatangan Benteke ke Anfi eld, yang diharapkan menjadi penuntas bolabola yang dilambungkan jauh ke kotak penalti.
"Ada cara lain untuk menjaga permainan menjadi hidup. Namun, ketika Anda memiliki pemain setinggi 193 cm seperti Christian, saat bola datang ke dalam kotak karena fi sik dan mobilitas, hal itu membuat permainan hidup sedikit lebih lama," ujar Rodgers.
Secara tak langsung, strategi yang dimainkan Rodgers sekaligus menjadi jawaban atas pertanyaan yang selama ini melingkari kedatangan Benteke ke Liverpool.
Tim Sherwood, mantan bos Benteke di Aston Villa, pernah mengatakan jika striker asal Belgia itu bakal mengalami kesulitan di Anfi eld karena terbiasa dimanjakan oleh para gelandang dan pemain lain di Villa.
Sementara itu, legenda hidup Liverpool, Jamie Carragher, mengaku ragu akan kecocokan Benteke dengan strategi yang diterapkan Rodgers.
"Kekhawatiran saya adalah apakah Benteke bakal cocok dengan permainan umpan pendek, tajam, dan tegas kesukaan Rodgers? Rodgers ingin klub bermain sebagai sebuah tim daripada memberikan bola kepadanya dari sayap. Hal itu salah satu digarisbawahi Sherwood ketika Liverpool meliriknya," kata Carragher.
Sejak menangani Liverpool pada 2012, Rodgers memang ngotot dengan konsep "oper dan bergerak" yang piawai dilakoni oleh Philippe Coutinho. Intinya, membuat Liverpool menjadi lebih atraktif dan lebih menyerang dengan mengandalkan operan-operan pendek cepat dalam meneror lini pertahanan lawan.
Sekarang Rodgers menambah gaya tersebut dengan bola-bola langsung seiring adanya Benteke. Yang pasti, eksperimen Liverpool telah membuat mereka berada di peringkat tiga klasemen. Perpaduan itu harus diakui sangat menarik dan patut dinanti hasilnya.
Penulis: Dedi Rinaldi
Hasil dua kali kemenangan dan satu kali seri membuat Liverpool berada di peringkat tiga klasemen sementara Premier League 2015/16. Ini prestasi yang apik mengingat musim lalu The Reds sulit menerobos tiga besar. Namun, kompetisi masih panjang dan skuat Brendan Rodgers harus mempertahankan konsistensi permainan dalam level terbaik. Rodgers mengakui gaya permainan Liverpool berubah.
The Reds belakangan ini sering menerapkan strategi bolabola panjang ke kotak penalti. Rodgers mengatakan bahwa hadirnya pemain baru, terutama striker Christian Benteke, cukup memengaruhi gaya bermain Liverpool secara keseluruhan. Benteke memang punya insting mencetak gol yang bagus. Ia mampu memanfaatkan segala peluang, baik melalui sundulan ataupun sontekan kakinya. Ia diharapkan bisa mengobati kekecewaan Rodgers setelah musim lalu striker yang mereka beli, Mario Balotelli, tidak bisa memberikan kontribusi banyak untuk tim. Rodgers percaya Liverpool bisa meraih prestasi yang lebih baik musim ini dengan mengandalkan Benteke di lini depan.