Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Komisi Disiplin PSSI kembali gagal memanggil Bambang Suryo untuk mendalami kasus dugaan pengaturan skor tim nasional U-23 di SEA Games 2015. Mereka akan mengatur jadwal pemanggilan Bambang yang terakhir, pekan depan.
Ketua Komdis PSSI, Ahmad Yulianto, mengatakan komisinya sudah berhasil berkomunikasi dengan Bambang Suryo (BS) untuk membicarakan rencana pemanggilan terakhir tersebut.
“BS hari ini ada kesibukan lain, sehingga ia meminta kami membuat jadwal ulang,” ujar Ahmad, saat menggelar jumpa pers di Kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Kamis (27/8).
Karena itu, Ahmad cs. kembali akan memanggil Bambang pada Kamis (3/9). Pada pemanggilan terakhir itu Komdis berharap Bambang akan buka-bukaan terkait dugaan pengaturan skor seperti halnya yang dilakukan bekas pelatih Persipur Purwodadi, Gunawan.
Jika kembali mangkir dari pemanggilan, lanjut Ahmad, Komdis akan melakukan first take.
Artinya, Komdis berhak mengambil keputusan sepihak karena sudah berusaha mencari tahu dari narasumber yang enggan memenuhi panggilan Komdis.
Bambang dipanggil Komdis lantaran buka-bukaan terkait adanya pengaturan skor yang melibatkan timnas U-23 di SEA Games 2015.
Keterangan itu ia beberkan dalam sebuah video yang diunggah pada sebuah situs.
Saksi lain yang seharusnya diperiksa Komdis, yakni wasit Solikin, juga mangkir tanpa alasan.
Komdis akan kembali memanggil Solikin dan memutuskan sepihak jika ia kembali mangkir pada pemanggilan berikutnya. Sama seperti Bambang, Solikin dipanggil karena mengaku pernah mengirimi sejumlah uang kepada bekas Ketua Komite Wasit PSSI, Jimmy Napitupulu.
Pada sidang sebelumnya, Jimmy sudah memenuhi panggilan komdis. Kala itu ia menjelaskan bahwa setoran uang tersebut merupakan murni inisiatif Solikin. “Solikin juga sudah mengakui hal itu,” ujar Jimmy.
Jelaskan Temuan Baru
Selain menjelaskan alasan keduanya tidak hadir, Komdis PSSI pun mengumumkan dugaan pelanggaran yang dilakukan Tim Transisi dalam menjalankan turnamen Piala Kemerdekaan.
Menurut Ahmad, Tim Transisi telah menggunakan dua orang wasit yang sudah dijatuhi hukuman oleh Komdis.
“Intinya, Tim Transisi menggunakan seorang terpidana untuk mengawal sebuah pertandingan di Piala Kemerdekaan,” ujar Ahmad.
Kedua orang itu ialah inspektur wasit Aris Munandar dan asisten wasit Bagong Yuwono.
Menurut Komdis, Aris telah dijatuhi hukuman seumur hidup lantaran mengaku menerima uang suap 50 juta.
Sementara itu, Bagong merupakan orang yang ditunjuk Aris untuk membagi-bagikan uang tersebut.
Tak hanya itu, Komdis pun menduga adanya pengaturan fiktif dalam Piala Kemerdekaan. Pada Jumat (18/8), nama Arif tercatat sebagai inspektur wasit di dua pertandingan Piala dalam waktu bersamaan.
“Bagaimana mungkin bisa terjadi seperti itu. Artinya ada salah satu pertandingan yang fiktif,” tutur Ahmad.
Namun sayangnya Ahmad hanya melakukan penyelidikan terkait pelanggaran tersebut melalui data hasil pertandingan saja.
Penulis: cw-1/Martinus Bangun