Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Akhir pekan kemarin, Prancis sukses menjaga superioritas mereka atas Portugal.
Prancis mencuri kemenangan 1-0 dari tuan rumah Portugal, Jumat (4/9).
Dalam 10 partai terakhir melawan Portugal, Les Bleus (Si Biru) selalu mampu meraup kemenangan. Skor 1-0 bukan hanya menjadi hasil akhir pertemuan terbaru Prancis versus Portugal.
Kedudukan itu juga dipakai media Prancis, L’Equipe, untuk menggambarkan performa Mathieu Valbuena dan Paul Pogba. “Valbuena 1, Pogba 0.” demikian judul salah satu artikel yang dimuat L’Equipe.
L’Equipe menilai bahwa eksperimen pelatih Prancis Didier Deschamps di partai kontra Portugal gagal. Waktu itu, Deschamps mendaulat Pogba sebagai penyerang lubang dalam skema 4-3-1-2. Percobaan tak berjalan lancar.
Pogba dianggap berdiri terlalu jauh dengan dua penyerang (Karim Benzema dan Nabil Fekir) dan sering salah posisi. Ia bahkan kerap terlalu mundur sehingga mengakibatkan bentrok posisi dengan Yohan Cabaye.
“Pelatih mencoba saya. Eksperimen tak berjalan dengan baik, tapi setidaknya tim menang. Kami kesulitan menemukan para penyerang,” kata Pogba di Telefoot.
Konon, alasan utama Deschamps menjajal format 4-3-1-2 adalah untuk memaksimalkan potensi Nabil Fekir yang ditempatkan sebagai pendamping Benzema.
Namun, jasa Fekir tak lagi bisa dipakai Deschamps dalam kurun enam bulan ke depan. Fekir mengalami cedera lutut di bentrokan melawan Portugal.
Lantas, apakah Deschamps mesti kembali ke skema 4-3-3 atau 4-2-3-1 saat melakoni uji coba kontra Serbia di Bordeaux, Senin (7/9)?
4-3-1-2 Bisa ya, bisa juga tidak. Meski hanya mentas selama 10 menit di laga versus Portugal, Valbuena membuktikan bahwa ia adalah figur yang paling pas untuk mengisi posisi penyerang lubang Prancis.
Jika ingin punya lebih banyak alternatif strategi di Euro 2016, Deschamps perlu kembali menggeber formasi 4-3-1-2 saat menjamu Serbia, tapi dengan Valbuena berdiri di “posisi nomor 10”.
Valbuena menentukan kemenangan Prancis atas Portugal via gol tendangan bebas menawan. Sudah sepantasnya Deschamps mengganjar performa apik Valbuena dengan kesempatan menjadi starter di pertandingan melawan Serbia.
Valbuena juga punya misi pribadi, yakni memukau publik Bordeaux.
Maklum, terakhir kali datang ke Stadion Chaban-Delmas, Valbuena justru mendapatkan siulan dari penonton lantaran dirinya masih mengenakan kostum Marseille.
“Hal yang aneh karena saya tumbuh dan bermain bola di dekat lapangan Bordeaux,” kata Valbuena di Football 365.
Ya. Valbuena memang lahir di Bruges, kota di sebelah utara Bordeaux. Ia sempat tergabung bersama tim junior Bordeaux pada 2001 sampai 2003.
“Saya telah membuktikan bahwa saya konsisten dan cukup baik untuk Prancis. Namun, seperti yang saya katakan, sepak bola selalu membutuhkan konfirmasi,” kata Valbuena.
“Tentu saya selalu ingin menjadi starter. Akan tetapi, kami harus melihat kebutuhan tim. Kami mesti meletakkan kepentingan pribadi setelahnya,” ujar pemain berjulukan Si Sepeda Kecil itu menambahkan.
Saat melawan Serbia, Valbuena perlu mengonfirmasi statusnya sebagai penyerang lubang terbaik Prancis saat ini.
Kendati demikian, bukan berarti Valbuena bisa serta merta menggandakan “keunggulannya” atas Pogba menjadi 2-0.
Pelatih Nice yang juga bekerja sebagai analis sepak bola, Claude Puel, menyebut bahwa Pogba akan tampil maksimal saat bermain di posisinya yang asli.
“Pogba sangat bagus sebagai gelandang box-to-box. Ia bisa membuat sejumlah pergerakan bagus,” kata Puel di Le Parisien.
Penulis: Sem Bagaskara