Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dalam turnamen All England Super Series, Lin Dan (Cina) menjadi unggulan pertama, sedangkan Taufik Hidayat hanya ketujuh. Namun, pertemuan kedua pebulutangkis itu bisa menjadi duel yang amat dinantikan.
Sebelum All England, di awal 2008 mereka seolah saling menghindar. Di awal tahun, Taufik memilih turun di Malaysia Super Series dan tak bermain di Korea Super Series, sepekan kemudian. Sementara itu Lin Dan melakukan hal yang sebaliknya, menghindari Malaysia dan memilih Korea.
Keduanya mungkin memiliki alasan tersendiri sehingga menghindari turnamen yang digelar jauh dari negara masing-masing. “Asia Tenggara memiliki suhu udara yang panas dan lembab. Ini memengaruhi kondisi psikologis saya. Penyejuk ruangan yang dipasang maksimal dalam arena pertandingan menimbulkan angin yang bisa membuat masalah saat pertandingan,” begitu alasan Lin Dan seperti dikutip dari situs bulutangkis.
Pertarungan Taufik dengan sang rival ini sering kali penuh bumbu. Yang paling kontroversial adalah aksi walk out yang dilakukan Taufik di tengah pertandingan Hong Kong Super Series 2006. Kala itu Taufik mundur karena tak puas atas keputusan wasit.
Sebelumnya, menjelang Asian Games di Doha 2006, Taufik sempat menyebut Lin adalah pemain yang arogan. Lewat pers, kekasih Lin Dan, Xie Xingfang, membalas. Belakangan baik Lin Dan maupun Taufik menyebut perang kata-kata itu terjadi karena perbedaan persepsi.
Sepanjang 2007, dalam tiga pertemuan Taufik selalu takluk. Meski belakangan lebih sering kalah, Taufik memiliki apa yang tak dipunyai lawannya, emas Olimpiade 2004, Asian Games 2002 Busan, dan AG 2006 Doha.
Rasa Penasaran
Jika serius mempersiapkan diri dan berada dalam keadaan terbaik, Taufik bisa mengalahkan Lin Dan. Hal ini terbukti di final Kejuaraan Dunia 2005 dan AG 2006 Doha.
“Kita harus menunggu tiap empat tahun untuk bisa meraih emas Olimpiade dan AG, sedangkan turnamen digelar tiap tahun. Itu yang membedakan,” sebut Taufik.
Tak heran jika Lin Dan juga respek terhadap prestasi itu. “Taufik adalah salah satu pemain terbaik dunia. Saya akan selalu mengejarnya dan tidak mau terkejar oleh pemain lain,” ujar Lin Dan.
Turnamen tertua All England memang berlangsung tiap tahun. Namun, justru turnamen yang dianggap paling prestisius selain Kejuaraan Dunia ini malah belum pernah dimenangi Taufik.
Tak heran jika rasa penasaran membuat Taufik mempersiapkan diri dengan serius. “Saya belum pernah juara di All England. Target saya tahun ini adalah memenangi turnamen ini,” tutur Taufik.
Mereka baru akan bertemu jika sudah menjejakkan kaki di final, tanggal 9 Maret. Jika hal ini terwujud, Taufik berkesempatan merealisasi mimpi meraih gelar All England sekaligus menuntaskan obsesi. “Lin Dan adalah pemain nomor satu dunia. Saya selalu ingin mengalahkannya di turnamen besar,” ucap Taufik.
Kalaupun mereka tak bertemu di All England, kesempatan akan datang lagi pada Olimpiade Beijing 2008.
(Penulis: Erwin Fitriansyah)