Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kebersamaan Lionel Messi dengan timnas Argentina sejauh ini identik dengan kedukaan.
Prestasi tertinggi Messi bareng skuat berjulukan La Albiceleste (Putih-Biru Langit) itu baru juara Piala Dunia U-20 2005 dan medali emas Olimpiade 2008.
Di level senior, Messi sama sekali belum mempersembahkan gelar bergengsi bagi negaranya Messi boleh dibilang telah mendekat, tapi trofi tak kunjung didekap. Wajah pucat pasi Messi terekam jelas oleh kamera saat Argentina takluk di final Piala Dunia 2014 serta partai puncak Copa America 2015.
Beruntung bagi Messi, kering prestasi di timnas bisa terobati dengan gelimang 25 trofi di sepanjang kariernya bersama Barcelona. Namun, pada awal musim 2015/16, situasi seperti terbalik.
Kiprah pemain berjulukan La Pulga itu bareng Barcelona tak semulus biasanya. Usai menggondol trofi Piala Super Eropa 2015, Messi gagal mengantar Barca bertahta di ajang Piala Super Spanyol.
Barca kalah agregat gol 1-5 dalam sepasang pertemuan kontra Bilbao. Selain itu, La Pulga juga gagal memperpanjang rekor impresif yang telah bertahan selama lima musim terakhir.
Pada rentang 2010/11 sampai 2014/15, Messi selalu mampu mencetak minimal satu gol di pekan pembuka La Liga.
Hanya, catatan tersebut terhenti musim ini mengingat gol kemenangan 1-0 Barca atas Bilbao di pekan pertama La Liga 2015/16 dibukukan oleh Luis Suarez.
Messi kembali gagal bikin gol saat Barcelona menang 1-0 atas Malaga di pekan ke-2. Messi juga hanya mengemas sebiji gol dalam empat laga terakhirnya bersama Barca.
Pelatih Barcelona, Luis Enrique, sepertinya harus berterima kasih kepada Argentina yang mampu mengembalikan senyuman di wajah Messi.
Meski Messi cuma tampil selama 25 menit, ia mencetak dua gol saat Argentina mengandaskan Bolivia 7-0, Jumat (4/9).
Messi kini telah mengoleksi 48 gol bersama Argentina. Ia hanya berjarak enam gol lagi dengan pencetak gol terbanyak sepanjang masa di timnas Argentina, Gabriel Batistuta (54 gol).
Barca pantas semringah melihat Messi kembali tajam. Blaugrana butuh gol-gol Messi mengingat jadwal berat menanti mereka usai jeda kompetisi. Barca dihadapkan dengan partai tandang sulit melawan Atletico (12/9), AS Roma di fase grup Liga Champion (16/9), Celta Vigo (23/9), dan Sevilla (3/10).
Partai bersama tim nasional tak cuma berdampak positif bagi Messi. Partner Messi di lini depan Barca, Neymar Jr., juga merasakannya.
Neymar mentas selama delapan menit saat Brasil menaklukkan Kosta Rika 1-0, Sabtu (5/9). Laga itu adalah partai pertama Neymar bareng Brasil sejak dirinya menerima kartu merah dalam pertandingan versus Kolombia di Copa America 2015.
Bidik Starter
Neymar juga mendapatkan dorongan psikologis yang luar biasa terkait gestur yang ditunjukkan rekan setimnya, Joao Miranda. Saat Neymar masuk ke lapangan, Miranda langsung memberikan ban kapten yang dikenakannya kepada Neymar.
Cuplikan kejadian yang terkesan simpel itu bisa dibaca sebagai respek pemain-pemain Brasil terhadap Neymar.
Baru-baru ini, Neymar mendapatkan kritik dari eks pemain Brasil, Leonardo. Pria yang pernah bekerja sebagai Direktur Olah Raga PSG itu mengatakan bahwa Neymar tak cukup dewasa untuk menjadi pemimpin Selecao.
Selain itu, Neymar juga merasa masih ada yang kurang di partai comeback dirinya bersama Brasil. Ia ingin mentas sejak menit pertama, hal yang juga baru sekali ia rasakan dengan kostum Barcelona musim ini.
Keinginan Neymar itu mungkin akan diakomodasi oleh pelatih Brasil, Carlos Dunga, di partai ekshibisi kontra Amerika Serikat, Selasa (8/9).
"Menjadi cadangan adalah sesuatu yang tak biasa saya alami dan saya tak ingin membiasakan diri dengan itu. Saya ingin bermain dan berupaya masuk ke dalam susunan sebelas pemain awal," kata Neymar di ESPN Brasil.
Alih-alih terjangkit virus FIFA yang sering menerpa pemain akibat cedera, rehat kompetisi kali ini justru mendatangkan obat mujarab bagi figur andalan Barcelona.
Penulis: Sem Bagaskara