Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Performa Manchester United dan Liverpool pada empat pekan awal Premier League musim ini bak pinang dibelah dua.
Fakta statistik menunjukkan United dan Liverpool mengalami kondisi serupa dan diliputi masalah yang juga sama. Rapor mereka setelah melakoni empat partai ialah meraih dua kemenangan serta masing-masing sekali imbang dan kalah.
Catatan tujuh poin menempatkan dua raksasa Inggris Barat Laut itu di luar empat besar klasemen. Jika patokannya ketangguhan pertahanan dan hasil akhir, fan United serta Liverpool boleh semringah melihat kiprah klub dalam tiga pekan awal.
Keduanya selalu mencatat clean sheet disertai rapor tak terkalahkan. Namun, kesan positif itu langsung luntur akibat hasil pertandingan keempat. United takluk 1-2 dari Swansea, sedangkan Liverpool ditekuk West Fakta statistik menunjukkan United dan Liverpool mengalami kondisi serupa dan diliputi masalah yang juga sama.
Rapor mereka setelah melakoni empat partai ialah meraih dua kemenangan serta masing-masing sekali imbang dan kalah.
Catatan tujuh poin menempatkan dua raksasa Inggris Barat Laut itu di luar empat besar klasemen. Jika patokannya ketangguhan pertahanan dan hasil akhir, fan United serta Liverpool boleh semringah melihat kiprah klub dalam tiga pekan awal.
Keduanya selalu mencatat clean sheet disertai rapor tak terkalahkan. Namun, kesan positif itu langsung luntur akibat hasil pertandingan keempat.
United takluk 1-2 dari Swansea, sedangkan Liverpool ditekuk West Ham 0-3 di Anfield. Kekalahan itu pun mengungkap cela kelemahan mereka dari sektor pertahanan sampai lini depan. Sekadar Angka Kalau melihat deretan angka yang sudah dipaparkan di statistik, sebenarnya permainan United dan Liverpool tidak salah-salah amat.
Bermodal barisan pemain kreatif, mereka punya jumlah penciptaan peluang, tembakan, serta penguasaan bola yang terbilang baik sampai pekan keempat.
United bahkan mencatat rata-rata penguasaan bola tertinggi kedua dan persentase operan terbaik ketiga di EPL. Dalam segi pertahanan, pasukan Louis van Gaal juga cuma menerima rata-rata 7,5 tembakan per laga dari lawan. Jumlah itu paling minim di antara 20 kontestan.
Namun, sekadar angka meyakinkan tak cukup. United dan Liverpool doyan mendominasi laga, tapi juga mencatat angka kehilangan bola yang tinggi.
Kesalahan-kesalahan elementer yang rawan terjadi itu bermuara pada rusaknya catatan steril pada pekan keempat. Teriakan-teriakan Ham 0-3 di Anfield. Kekalahan itu pun mengungkap cela kelemahan mereka dari sektor pertahanan sampai lini depan.
Kalau melihat deretan angka yang sudah dipaparkan di statistik, sebenarnya permainan United dan Liverpool tidak salah-salah amat. Bermodal barisan pemain kreatif, mereka punya jumlah penciptaan peluang, tembakan, serta penguasaan bola yang terbilang baik sampai pekan keempat.
United bahkan mencatat ratarata penguasaan bola tertinggi kedua dan persentase operan terbaik ketiga di EPL. Dalam segi pertahanan, pasukan Louis van Gaal juga cuma menerima rata-rata 7,5 tembakan per laga dari lawan.
Jumlah itu paling minim di antara 20 kontestan. Namun, sekadar angka meyakinkan tak cukup. United dan Liverpool doyan mendominasi laga, tapi juga mencatat angka kehilangan bola yang tinggi.
Kesalahan-kesalahan elementer yang rawan terjadi itu bermuara pada rusaknya catatan steril pada pekan keempat. Teriakan-teriakan soal kerapuhan kombinasi bek tengah utama kedua tim terlontar dari eks pemain hingga para pandit.
Beralih ke sektor berlawanan, fakta mengkhawatirkan pun muncul terkait buruknya pemanfaatan peluang. Bayangkan, United perlu melepas rata-rata 16 tembakan dulu hanya untuk mencetak satu gol.
Efektivitas Liverpool lebih parah karena harus menembak 27 kali demi mendapat satu gol! Masalah efisiensi itu menjelaskan kenapa alur bola banyak berputar di sektor tiga perempat lapangan, tapi jumlah gol yang diciptakan kedua tim amat minim. (Beri Bagja)
+ Punya unsur fleksibilitas guna mendukung perubahan taktik.
+ Kedua sayap bisa diandalkan menyuplai umpan silang.
+ Blind dan Smalling rutin membantu membangun serangan dari belakang.
- Tak punya figur bek tangguh senior sebagai anutan pemain muda.
- Rawan terancam lewat serangan balik dan lemah mengantisipasi bola terobosan.
- Dilema soal pemilihan kiper utama antara Romero atau De Gea.
+ Rajin menciptakan peluang lewat tembakan jarak jauh.
+ Kombinasi operan pendek dan panjang dengan akurasi apik.
+ Schneiderlin siap menjadi penerus Carrick sebagai jangkar sekaligus distributor bola ulung.
- Schweinsteiger belum mencapai level permainan seperti di Muenchen dan timnas Jerman.
- Hanya 27 persen hasil pergerakan di lini tengah yang menyumbangkan serangan.
- Gelandang pemberi unsur fantasi masih inkonsisten.
+ Rajin menciptakan peluang.
+ Depay cepat beradaptasi.
+ Alternatif melimpah di pos penyokong serangan.
- Efektivitas pemanfaatan peluang buruk.
- Rooney harus beradaptasi lagi dengan peran sebagai penyerang tengah.
- Ketiadaan sosok bertipe bomber atau predator yang memberi garansi 20+ gol.
+ Kuat dalam duel udara.
+ Bek sayap menawarkan kecepatan dan kesegaran.
+ Bisa diandalkan membantu serangan.
- Lemah mengantisipasi serangan cepat lawan. Lovren-Skrtel belum konsisten.
- Minim pelapis berkualitas.
- Kritik memainkan Gomez di sayap kiri, berlawanan dengan kaki dominannya (kanan).
+ Milner rajin menjelajah sebagai penghubung antarlini.
+ Tersedia stok pemain alternatif yang cukup guna mengakomodasi taktik.
+ Sering mengancam via tembakan jarak jauh.
- Minim pasokan bola-bola atas buat disantap Benteke.
- Belum menemukan racikan terbaik.
- Sosok pemimpin dan berkarakter kuat seperti Gerrard masih dirindukan.
+ Benteke menawarkan kekuatan fisik dan keunggulan dalam duel udara.
+ Disokong pemain kreatif dengan kemampuan kontrol bola yang baik.
+ Kedalaman skuat terjaga.
- Penyelesaian peluang masih buruk.
- Rekrutan anyar belum mencapai level yang diharapkan.
- Tanpa Coutinho dalam lawatan ke Man. United karena skorsing.