Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
masing punya alasan soal turnamen yang mereka pilih.
Persebaya misalnya, memilih untuk bermain di turnamen Piala Indonesia Satu karena turnamen ini mendapat lampu hijau dari PSSI selaku federasi yang diakui oleh FIFA. Sejak awal sebelum Piala Kemerdekaan menentukan pesertanya dari klub Divisi Utama, Persebaya sudah menolak ambil bagian di turnamen ini.
Selain itu, mereka juga beralasan kalau pilihannya jatuh di PIS karena lawan yang mereka hadapi lebih berkualitas ketimbang Piala Kemerdekaan yang hanya diikuti tim kasta kedua. "Kami hanya ikuti turnamen yang berkualitas dan direstui oleh federasi," ujar Rahmad Sumanjaya, sekretaris Persebaya.
Alasan lainnya, Persebaya tidak ingin mendapat sanksi dari PSSI berupa pencoretan keanggotaan mereka di PSSI. Maklum, mereka nyaris kehilangan haknya sebagai anggota PSSI pada 2010 ketika para pemainnya diusung oleh tim Persebaya 1927 ke kompetisi ilegal, Liga Indonesia.
Persatu
Berbeda dengan dua tim asal Jatim, Persatu Tuban dan Persepam Madura Utama yang memutuskan untuk tampil di Piala Kemerdekaan. Mereka tak takut ancaman PSSI karena ingin timnya bermain. Hal ini didasari oleh empati petinggi klub terhadap mayoritas pemainnya yang menganggur dan tak berpenghasilan sejak kompetisi Divisi Utama dibatalkan oleh PSSI.
Tak hanya itu, desakan sponsor dan suporter juga menjadi alasan lain Persatu harus mengindahkan ancaman PSSI. "Kami hanya bicara soal bola, dan bagaimana caranya bisa bermain bola, itu saja," terang Fahmy Fikroni, manajer Persatu. "Tak perlu main ancam, kami hanya main bola, dan kami ingin pemain kami tetap bisa menghidupi keluarganya," tambah Nadi Mulyadi, asisten manajer Persepam.