Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Banyaknya pesepak bola muda Indonesia yang memburu karier di jalur militer mengingatkan masyarakat pada situasi Indonesia di era 1950-an.
Pada era itu, seleksi pemain sepak bola di klub banyak mengambil dari PS Angkatan Darat. Oleh sebab itu, pemain yang memperkuat tim nasional sudah berprofesi sebagai tentara.
Contohnya adalah pemain yang tampil di Olimpiade 1956, seperti Maulwi Saelan, Jasrin Jusron, dan Kholil Danoe Atmojo.
"Di jajaran pelatih PSIS era 1950-an semuanya berasal dari kalangan militer," kata Sartono Anwar, pelatih asal Semarang.
Tren pesepak bola dari kalangan militer menurun mulai 1980-an. Pada masa itu, pemain yang dianggap berjasa oleh klub biasanya diberi pekerjaan menjadi pegawai bank, BUMD, dan menjadi PNS.
Hal itu menjadi tradisi bagi kepala daerah yang mengepalai klub perserikatan. Tradisi tersebut lama-lama memudar seiring dengan berjalannya waktu.
Tuntutan sepak bola menjadi profesional akhirnya melepaskan relasi antara kepala daerah dan klub.
"Di era saya (2000- an) masih banyak pemain yang ditempatkan di instansi. Tapi, sepertinya sekarang sudah mulai jarang," tutur Agus Santiko, mantan kapten Persiku Kudus yang kini bekerja di PDAM.
Wirausaha dan Militer
Tahun 2015 terjadi fenomena yang mengubah halua n para pesepak bola. Penyebabnya faktor ketidakstabilan kompetisi.