Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Rencana PT Liga Indonesia menggelar Liga Super Indonesia 2015/16 mulai pekan ketiga Oktober batal terealisasi.
Penyebabnya adalah belum didapatnya izin keramaian dari Intelkam Polri hingga akhir Agustus.
Semula, PT LI menargetkan bisa menggelar pertemuan dengan klub pada 31 Agustus sebagai lanjutan pertemuan pada 12 Agustus.
Tapi, dengan belum keluarnya izin keramaian, pertemuan itu akan mubazir bila tetap dilaksanakan.
“Proses permohonan perizinan telah disampaikan, tetapi hingga 30 Agustus izin dari kepolisian belum kami dapatkan. Proses masih terus berlangsung, yaitu menjalin koordinasi dan berinteraksi dengan semua pihak hingga izin pertandingan didapatkan,” kata CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono.
Kondisi ini membuat PT LI belum bisa memastikan sepak mula LSI 2015/16 diundur sampai batas waktu tertentu. Namun, mereka menetapkan selambatlambatnya akan bergulir pada Januari 2016.
Ada dua patokan yang dipakai operator LSI dan Divisi Utama untuk menentukan dimulainya kompetisi.
“Sepak mula musim depan akan terjadi pada 6-8 minggu atau sekitar dua bulan setelah izin keramaian didapat. Asumsi kami, durasi waktu itu cukup untuk klub mempersiapkan sisi teknik dan sisi bisnis, seperti urusan dengan sponsor,” tutur Tigorshalom Boboy, Sekretaris PT LI.
Butuh Kepastian
Menanggapi hal tersebut, klub mulai waswas dengan eksistensinya. Bila terlalu lama tak ada kompetisi, mereka mengkhawatirkan pembinaan pemain dan sisi bisnis klub akan menurun.
“Hal inilah yang menjadi kekhawatiran kami. Sebenarnya kami berharap sudah ada langkah konkret untuk kompetisi musim depan. Sekarang kami berharap secepatnya bisa memastikan dimulainya kompetisi,” ucap Rocky Bebena, Sekretaris Persipura.
Hal senada juga disampaikan oleh Manajer Barito Putera, Syarifuddin Ardhasa.
“Kami sejak pertemuan 12 Agustus selalu menunggu kepastian kick off 2015/16, tapi dalam kondisi ini tentu PT LI dan klub tak boleh pasrah saja. PT LI harus lebih matang mempersiapkan terobosan di regulasi mereka,” tuturnya.
Tak hanya manajemen klub, pemain juga berpotensi terkena imbas.
“Saya berharap win-win solution bisa secepatnya ditemukan. Setiap masalah pasti ada solusi,” tutur Adhitya Harlan, kiper Barito Putera.
Penulis: Kukuh Wahyudi