Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kasus sepak bola gajah antara PSS dan PSIS di Stadion AAU Yogyakarta, tahun lalu kembali dibuka. Munculnya pengakuan dari pemain PSS Sleman tentang instruksi untuk mengalah dari manajemen membuat Komisi Disiplin PSSI harus menggali lagi kasus ini.
Herry Kiswanto, pelatih PSS saat itu menyambut gembira langkah tersebut. Mantan kapten timnas itu mengaku telah menjadi korban atau sengaja dikorbankan dalam kasus ini. Dampaknya, ia mendapat hukuman seumur hidup tidak boleh aktif di PSSI dari Komdis.
Herry Kiswanto, pelatih PSS saat itu menyambut gembira langkah tersebut. Mantan kapten timnas itu mengaku telah menjadi korban atau sengaja dikorbankan dalam kasus ini. Dampaknya, ia mendapat hukuman seumur hidup tidak boleh aktif di PSSI dari Komdis.
“Saya tentu saja sangat senang kalau kasus ini dibuka lagi. Terus terang saya yang tidak tahu apa-apa dan telah menjadi korban dalam kasus tersebut. Saya dihukum seumur hidup tidak boleh melatih, padahal saya tidak pernah berencana atau memerintahkan bahkan sebelumnya sama sekali tidak mengetahui adanya perencanaan itu,” kata Herkis.
Selama berkarir, Herkis tidak pernah terlibat skandal pengaturan skor. Baginya, kasus sepak bola gajah itu menjadi aib yang membuatnya menanggung malu. “Bagi saya, sebagai pelatih atau dulu saat menjadi pemain, siapa pun lawannya harus siap saya hadapi tidak pilih-pilih lawan. Jadi tidak terbersit sedikit pun takut menghadapi Borneo FC jika lolos ke semifinal saat itu,” tutur Herkis.
Kini harapan Herkis agar kasus lama itu dibuka, tentu untuk menelisik kembali siapa dalang sebenarnya. Herkis berharap dalang kasus itu tak boleh luput dari hukuman.
“Seharusnya PSSI atau Komdis menghukum dalang kasus ini. Jangan menghukum orang-orang yang tidak tahu menahu seperti saya. Begitu pula dengan pemain-pemain yang lain yang tidak menjadi aktor dalam kasus itu. Hukuman harus fair dan adil,” ungkap Herkis.