Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Manchester United harus menggelontorkan 48 juta euro untuk Anthony Martial dari AS Monaco. Padahal, reputasi dan kapasitas bocah berusia 19 tahun ini dnilai masih meragukan.
Wayne Rooney saja tak mengenal striker yang kerap dibandingkan dengan Thierry Henry ini. Morgan Schneiderlin harus menjelaskan panjang lebar kepada Rooney terkait potensi rekan senegaranya tersebut.
Perjalanan Martial memang belum panjang. Dia lahir pada Desember 1995 atau sebelas bulan setelah tendangan kung fu Eric Cantona mengarah tepat ke salah satu suporter Crystal Palace.
Martial memulai kariernya di CO Les Ulis, sebuah klub akademi yang tampil di kasta ketujuh Perancis, Division Supérieure Régionale. Klub ini dikenal karena pernah melahirkan nama besar seperti Thierry Henry dan Patrice Evra.
Pada 2009, pemandu bakat Olympique Lyon melihat aksi Martial, yang baru menginjak usia 14. Singkat cerita, Martial bergabung dengan akademi Lyon pada tahun yang sama.
Martial langsung melejit bersama tim junior Lyon. Pada musim keduanya, dia mencetak 32 gol dari 21 pertandingan. Alhasil, dia mendapat panggilan dari tim nasional Perancis U-17 untuk Piala Eropa 2012. Pada turnamen yang berlangsung di Slovenia ini, Martial cuma mencetak satu gol dan gagal membawa Les Blues lolos dari fase grup.
Usai pulang dari Slovenia, Martial naik pangkat ke tim kedua Lyon. Lagi-lagi, Martial unjuk gigi. Dia mencetak lima gol dari sebelas pertandingan pada musim 2012-2013. Atas dasar penampilan impresif tersebut, Martial dipromosikan ke tim utama dan mendapat jatah 57 menit pada pentas Ligue 1.
Good luck @AnthonyMartial ! @ManUtd #teamOL pic.twitter.com/MI0b0386jA
— Olympique Lyonnais (@OL) September 1, 2015
Kejutan diterima Martial pada 30 Juni 2013. Dia dipinang oleh AS Monaco dengan mahar 5 juta euro. Di lini depan Monaco, Martial harus bersaing dengan nama besar seperti Radamel Falcao, Dimitar Berbatov, dan Valerie Germain. Namun, pelatih Claudio Ranieri memberikan kesempatan agar Martial melakoni 15 partai Ligue 1. Sang pemain membayarnya dengan sumbangan dua gol.
Di mata Ranieri, Martial punya potensi besar, tetapi masih harus banyak diasah. "Terkadang, mentalitas ala Perancis mengatakan, 'Saya mungkin bermain baik. Saya mungkin akan bermain baik juga besok. Tidak, Anda harus bekerja keras setiap hari untuk menunjukkan penampilan terbaik'," kata Ranieri pada 2013.
Martial mengamini pesan dari Ranieri. Dia tak memungkiri bahwa penyelesaian akhir adalah titik lemahnya. "Saya coba belajar dari Falcao. Dia bisa jadi panutanku untuk membenahi pergerakan dan penyelesaian akhir," ucapnya.