Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
AC Milan kerap membuka pintu untuk wajah lama. Tak peduli apakah mereka yang pernah memberi sukacita maupun sosok yang penuh cela.
Mario Balotelli adalah contoh terkini. Striker berusia 25 tahun ini dipinjam dari Liverpool setelah Milan gagal mendapatkan target utamanya, Zlatan Ibrahimovic.
Cara Milan untuk memikat Balotelli cukup unik, yakni dengan analogi cinta lama. CEO Milan, Adriano Galliani, mengklaim dirinya sebagai sosok romantis dalam hal ini.
"Cinta tak pernah mati. Mereka menciptakan lingkaran besar dan akan selalu kembali," kata Galliani.
Dua kalimat itu diambil dari lirik lagu berjudul "Amici Mai" karya Antonello Venditti. Lagu ini menceritakan kisah kompleks antara sepasang kekasih. Sang wanita sempat menjalin hubungan dengan orang lain, tetapi akhirnya kembali berpaling kepada cinta lama.
Analogi Galliani benar adanya. Status Balotelli sebagai Milanisti bukan rahasia lagi. Kekaguman Presiden Silvio Berlusconi terhadap Balotelli juga tak pernah dimungkiri.
Keduanya pernah mesra dan Balotelli sempat dipuja ketika menjalani debut. Dia mencetak dua gol lewat titik putih ke gawang Udinese. Satu setengah tahun kebersamaan Balotelli dengan I Rossoneri, tak satu pun pemain mampu melampaui jumlah golnya.
Akan tetapi, hubungan Balotelli dan Berlusconi merenggang pada musim 2013-2014. Balotelli dianggap memberikan pengaruh buruk di ruang ganti. Tak ayal, frase "apel busuk" yang dilontarkan Berlusconi mewarnai perceraian keduanya pada musim panas 2014.
Dalil lama
Bukan kali pertama Galliani mengutip lirik "Amici Mai". Kalimat yang sama digunakan Galliani untuk membumbui kepulangan Andriy Shevchenko pada 2008 dan Ricardo Kaka lima tahun berselang.
Seperti halnya Balotelli, Shevchenko dan Kaka punya memori manis bersama Milanisti. Athena 2007 menjadi puncaknya. Keduanya membawa Milan menang atas Liverpool pada final Liga Champions. Kemenangan ini sekaligus menjadi balas dendam terhadap luka di Istanbul dua tahun sebelumnya.
Belum lagi memori derbi. Shevchenko dan Kaka kerap menjadi antagonis untuk rival sekota, Inter Milan. Khusus duel bertajuk derby della Madonnina ini, Shevchenko masih berstatus pencetak gol terbanyak dengan torehan 14 gol. Adapun, Kaka mencatat lima gol ke gawang I Nerazzurri.
Akan tetapi, penampilan impresif Shevchenko tak terulang ketika kembali dipinjamkan ke Milan pada musim 2008-2009. Pemain berkebangsaan Ukraina ini cuma berstatus sebagai pelapis dan gagal mencetak gol pada ajang Serie A.
Kaka sedikit lebih baik dengan menembus tim inti. Dia juga menghiasi kepulangannya dengan torehan gol ke-100 untuk Milan pada 5 Januari 2014. Namun, dia tak mampu mengangkat prestasi Milan. Lantaran kegagalan Milan menembus zona Liga Champions, Kaka mengaktifkan klausul pemutusan kontrak pada musim panas tahun lalu.
Kesempatan kedua
Milan sudah biasa merajut cinta lama. Termasuk Kaka, ada 46 pemain yang kembali ke San Siro setelah sempat membela klub lain. Pelopornya adalah Albano Vicariotto. Dia hengkang ke Torino pada musim 1951-1952 dan pulang ke Milan hanya selang satu tahun. Status pinjaman seperti kasus Shevchenko belum masuk hitungan ini.
Tak sedikit dari mereka bersinar pada masa pengabdian pertama. Ambil contoh Ruud Gullit dan Roberto Donadoni. Mereka menjadi pilar AC Milan ketika menjuarai Piala Eropa (kini Liga Champions) dua tahun beruntun pada 1989 dan 1990.
Periode pertama Gullit bersama Milan berlangsung enam tahun. Dia mencatatkan 143 penampilan. Karier pemain berkebangsaan Belanda ini juga dipercantik dengan penghargaan Ballon d'Or pada 1987.
Gullit sempat hijrah ke Sampdoria dengan status bebas transfer pada Juli 1993. Dia kembali ke Milan pada tahun berikutnya. Namun, kebersamaannya bersama I Rossoneri tak bertahan lebih dari empat bulan dan cuma diwarnai 12 penampilan.
Setali tiga uang dengan Gullit, Donadoni tak terlalu bersinar pada masa bakti kedua di San Siro. Dia sempat melakoni 325 pertandingan dalam kurun waktu sepuluh tahun berseragam Milan. Pada periode kedua, dia sudah dimakan usia sehingga cuma mampu mencatat 27 penampilan.
Kisah Gullit dan Donadoni diikuti oleh Leonardo Araujo. Gelandang berkebangsaan Brasil ini menjalani 110 pertandingan dengan Milan dari 1997 hingga 2001. Dia pulang ke San siro pada Oktober 2002. Leonardo cuma sempat tampil lima kali pada periode keduanya karena memutuskan gantung sepatu pada Maret 2003.
Kegagalan wajah lama turut diakui Berlusconi. "Saya bukanlah orang yang mendukung gagasan kembalinya sosok lama. Sebab, kami pernah mencoba beberapa kali pada masa lalu dan hasilnya tak sesuai harapan," tuturnya.
Maklum, tak sedikit kasus kepulangan pemain Milan terjadi ketika memasuki usia kepala tiga. Hal itu dialami Kaka, Shevchenko, Gullit, Donadoni dan Leonardo. Mereka dianggap sudah habis sehingga tak memberikan kontribusi signifikan untuk Milan.
Beda hal dengan Balotelli. Dia baru menginjak 25 tahun dan punya banyak waktu untuk memperbaiki diri, asalkan aksi kontroversialnya di luar lapangan menjadi pantangan.
Galliani pun telah mewanti-wanti Balotelli. "Kami yakin pemain menyadari inilah kesempatan terakhir. Saya berharap, dia benar-benar memahaminya," kata pria berusia 71 tahun tersebut.
Lebih dari itu, Balotelli tampak inferior dari Luiz Adriano dan Carlos Bacca menilik catatan gol pada 2014-15. Balotelli bukanlah "Monalisa" seperti dua tahun lalu. Mino Raiola sudah merayu hampir semua klub Serie A untuk mau menampung Balotelli, tetapi hanya Milan yang bersedia.
Dengan begitu, Balotelli harus lebih bekerja keras kali ini. Maklum, meski lirik "Amaci Mai" menggambarkan romansa cinta yang menawan, sudah banyak bukti bahwa kesempatan kedua tidaklah selalu berakhir indah di Milan.