Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Berbagai sikap pro dan kontra terus bermunculan menyikapi transfer Mateo Kovacic dari Inter ke Real Madrid. Para penentang keputusan manajemen Inter menilai klub telah melakukan blunder dengan melepas pemuda Kroasia berusia 21 tahun itu.
Bayangan mereka langsung tertuju pada sederet manuver transfer buruk yang pernah dilakoni Nerazzurri. “Penjualan Kovacic mungkin akan menjadi momen yang membuat klub merasakan penyesalan besar seperti saat membiarkan Andrea Pirlo ke Milan,” kata legenda Inter, Luisito Suarez, kepada La Gazzetta dello Sport.
Gelandang jagoan Nerazzurri era 1960-an itu mengacu pada “kekalahan” Inter dalam perjudian transfer masa lalu, salah satunya melibatkan Pirlo. Sebelum sahih menjadi bintang top, Pirlo diangkut Inter dari Brescia pada 1998 dan hanya mengemas 22 penampilan liga bareng Nerazzurri selama dua musim. Pada 2001, Inter setuju melego Pirlo muda berusia 22 tahun ke Milan. Harga jual senilai 18 juta euro termasuk nilai transfer Drazen Brncic ke arah berlawanan. Semua sudah tahu ujung kisah itu.
Andrea Pirlo saat membela Inter, Oktober 2000. (Stuart Franklin/Allsport/Getty Images)
Tradisi eks pemain Inter yang meroket justru setelah hengkang dari Giuseppe Meazza juga menyinggung riwayat figur seperti Roberto Carlos (ke Madrid, 1996), Clarence Seedorf (Milan, 2002), Leonardo Bonucci (Bari, 2009; kini di Juventus), hingga Philippe Coutinho (Liverpool, 2013). Apakah Inter membuat kesalahan serupa dengan membiarkan Kovacic, sang aset berharga, pergi seperti para pendahulunya tersebut?
“Bukankah sebuah langkah mengerikan untuk menjual sebuah Ferrari ketika Anda tak tahu bagaimana cara mengendarainya?” Demikian tulis kolumnis sepak bola Italia di ESPN, Richard Hall.
Asumsi itu mungkin ada benarnya. Kualitas dan potensi dalam diri Kovacic disetarakan berkelas kendaraan merek Ferrari, tapi klub punya alasan tersendiri buat menjual properti mewahnya itu. Berikut beberapa faktor di antaranya.