Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pemilihan duet terbaik Bintang Emas Copa Dji Sam Soe bisa dibilang kategori paling unik. Meski tak membatasi posisi tertentu, hanya pemain gelandang dan penyerang saja yang masuk dalam daftar lima besar.
Sejak awal penilaian, sebetulnya tak tertutup kemungkinan duet di lini belakang dipilih. Bisa pasangan bek atau bek dengan kiper.
Namun, jika dilihat dari hasil penilaian, sebagian besar juri tak melihat kombinasi di lini belakang layak dijadikan sebagai unggulan. Menariknya, duet yang dimiliki Sriwijaya yang jadi juara tak meraih simpati para juri.
Justru duet Bambang Pamungkas-Aliyudin, yang timnya hanya menduduki posisi ketiga, memimpin perolehan suara. Mereka diikuti duet tim runner-up, Alberto Goncalves-Jeremiah Ernest, yang paling produktif.
Munculnya BP-Ali, yang memimpin perolehan suara, juga mengejutkan. Soalnya jika dilihat dari perolehan total gol yang hanya enam, tentu kalah dari duet Beto-Jeremiah, yang mengemas sembilan gol.
Duet striker tim juara, Keith Kayamba-Cristian Lenglolo, hanya menempati posisi empat. Koleksi total lima gol plus keberhasilan mereka mengantar Sriwijaya jadi juara ternyata tak cukup mendongkrak perolehan suara.
Duet Gustavo Chena-James Koko (PSMS) dan Ardan Aras-Ivan Jerkovic (Pelita) jadi wakil di posisi gelandang. Hanya saja perolehan suara mereka terpaut jauh dari dua unggulan teratas, apalagi timnya gagal menembus babak puncak.
Salah satu nilai plus duet milik PSMS adalah ketajaman Chena. Meski bermain sebagai gelandang, pemain asal Argentina ini mampu menyamai koleksi empat gol pemain berposisi striker seperti Bambang dan menduduki posisi kedua urutan top scorer.
Duet Pelita yang masuk belakangan terpilih lebih karena tim mereka menembus semifinal. Sulit untuk duet ini mengejar perolehan suara pemain lain karena mereka tak terlalu dominan dalam permainan Pelita yang lebih mengandalkan kekompakan.
(Penulis: Erwin Fitriansyah)