Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

PSG Tak Selamanya Mau Jadi Nomor Satu

By Jumat, 10 Juli 2015 | 19:25 WIB
PSG, royal dalam menggaji pemain mereka. (Getty Images)

Revons plus grand (bermimpi lebih besar) merupakan slogan klub sepak bola kebanggaan publik Ibu Kota Prancis, Paris Saint-Germain (PSG).

Skuat beralias Les Parisiens itu selalu bertekad menjadi yang terdepan dalam setiap kompetisi yang mereka ikuti. Demi mencapai impian tersebut, PSG tak segan mengumpulkan pemain-pemain bintang semodel Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, Thiago Silva, David Luiz, hingga Marco Verratti.

Salah satu alasan kenapa pesepak bola berlabel bintang mau berlabuh ke PSG adalah iming-iming gaji selangit. Menurut studi yang dilakukan Sporting Intelligence untuk Global Sports Salaries Survey (GSSS) 2015, rataan gaji pemain utama PSG dalam setahun mencapai 9,1 juta dollar Amerika Serikat (sekitar 134,4 miliar rupiah). Les Parisiens menjadi klub olah raga yang paling royal soal urusan menggaji pemain.

Studi yang dilakukan Sporting Intelligence mencakup olah raga sepak bola, bisbol, basket, dan american football. Penelitian dilakukan kepada 13 kompetisi di 17 negara. PSG menggeser tempat Manchester City yang pada tahun ini melorot ke posisi ketiga. Kendati demikian, status sebagai tim dengan anggaran gaji tertinggi tak membuat PSG merasa bangga.

Les Parisiens mengeluarkan sanggahan mengenai penelitian tersebut melalui situs resmi mereka.

“Paris tak selalu menjadi nomor satu. PSG membantah informasi dari Sporting Intelligence terkait rataan anggaran gaji pemain. Berlawanan dengan pemeringkatan pada studi terakhir Sporting Intelligence untuk ESPN, PSG bahkan tak masuk dalam lima besar klasemen.” demikian bunyi pernyataan resmi kampiun Ligue 1 lima kali itu.