Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
lagi gigit jari. The Amsterdammers hanya bisa menahan iri ketika menyaksikan salah satu rival sejatinya, PSV Eindhoven, merengkuh gelar juara Eredivisie untuk ketiga kali berturut-turut.
Sukses PSV kali ini sedikit berbau keberuntungan. Satu pekan menjelang laga penutup Eredivisie 2006/07, skuad yang kala itu ditangani Ronald Koeman tersebut mengoleksi angka yang sama dengan AZ Alkmaar dan Ajax Amsterdam, yaitu 72 poin.
Berdasarkan hitung-hitungan, AZ, yang punya selisih poin +53 gol, sebenarnya lebih dijagokan untuk meraih tahta juara dibanding Ajax, yang mencatat selisih gol +47, dan PSV, yang hanya kelebihan 46 gol. Apalagi rival AZ di partai penutup hanyalah klub papan bawah, Excelsior.
Tetapi, hasilnya di luar dugaan. Pasukan yang diarsiteki oleh Louis van Gaal itu menelan kekalahan 2-3 dari Excelsior. Sementara itu, Ajax membukukan kemenangan 2-0 atas Willem II dan PSV menggebuk Vitesse Arnheim 5-1.
Hasil tersebut menobatkan PSV sebagai peraih gelar juara Eredivisie 2006/07.
“Kebersamaan saya dengan PSV tergolong singkat, tetapi saya sangat menikmatinya karena saya bisa membawa klub ini meraih gelar juara,” ungkap Ronald Koeman sebelum meninggalkan PSV untuk bergabung dengan Valencia pada November silam.
Gelar Peredam Sakit
Sementara itu, Ajax cukup beruntung karena punya obat ampuh untuk mengurangi rasa sakit atas kegagalan di Eredivisie. Wesley Sneijder dkk. menutup musim 2006/07 dengan gelar juara Piala Belanda setelah mengalahkan AZ di laga final (6/5).
Gelar itu pun didapat tidak dengan mudah. Walau mendominasi permainan, Ajax sempat tertinggal 0-1 gara-gara gol yang diciptakan pemain AZ, Moussa Dembele, pada menit ke-4.
Beruntung Klaas-Jan Huntelaar menyamakan kedudukan bagi Ajax pada menit ke-50. Penentuan pemenang pun dilakukan melalui babak adu penalti. Ajax akhirnya menyabet gelar juara Piala Belanda setelah unggul 8-7 dari AZ.
(Penulis: Wieta Rachmatia)