Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Timnas U-19 dan 'Si Kepala Batu'

By Jalu Wisnu Wirajati - Sabtu, 22 Agustus 2015 | 18:45 WIB
Indonesia U-19 jelang final Piala AFF 2013. (Getty Images)

19 digelar. Dua tahun atau lebih tepatnya 23 bulan lalu dalam ajang yang sama, Indonesia tampil heroik untuk menjadi pemenang.

Selasa, 22 September 2013. Papan skor di Stadion Delta Sidoarjo masih menunjukkan angka 0-0 hingga akhir babak tambahan. Puluhan ribu penonton menyeka keringat, berharap cemas, apakah dapat menjadi saksi mata peluh keringat anak bangsa berjuang menghapus rekor buruk sepak bola Indonesia.

Skor sementara adu penalti 6-6. Dua eksekutor Indonesia, Evan Dimas Darmono dan Zulfiandi gagal. Demikian halnya dengan tiga penendang penalti Vietnam, Tran Huu Dong Trieu, Nguyen Tuan Anh, dan Pham Duc Huy. Jika penendang terakhir bisa menceploskan bola, Indonesia juara!

Dari tengah lapangan, Ilham Udin Armaiyn melangkah menuju kotak penalti. Beberapa kali ia mengusap keringat dengan seragam berlambang garuda di dada. Matanya waswas ketika memandang bola di atas titik putih. Mata yang terkesan menyimpan harapan, sekaligus kekhawatiran.

Ilham mundur tujuh langkah. Ia lalu berlari ke arah bola dan melepaskan tendangan kaki kiri. "Jebret!! Jebret!! Jebret!! Gol!! Gol!! Goooll!!" Demikian teriak komentator ketika menyaksikan bola tendangan Ilham masuk ke pojok kiri gawang Vietnam tanpa mampu dihalau kiper Le Van Truong.

Sontak histeria ribuan pendukung Garuda Jaya yang memadati stadion serta jutaan penonton televisi nasional tumpah ruah. Publik bola bergetar karena para pemain tim nasional U-19 sukses meraih prestasi yang selama hampir dua dasawarsa hilang dari pangkuan Ibu Pertiwi.

Ilham lantas lari ke pinggir lapangan, kemudian memeluk rekan-rekannya. Pelukan itu adalah bagian dari jawaban atas doa ratusan juta masyarakat Indonesia. Pelukan yang juga menandakan keyakinan Ilham serta publik sepak bola bahwa inilah saatnya Indonesia bicara di pentas Asia.

2015

Dua tahun lalu, aksi Ilham dan kawan-kawan itu mengubah peta kekuatan sepak bola usia muda di Asia Tenggara. Tak akan orang lupa juga betapa indah gerakan Ilham, Evan Dimas, dan Maldini Pali, ketika menaklukkan Korea Selatan pada kualifikasi Piala Asia 2014 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.

Mereka bermain dengan riang gembira. Mereka membelai bola dengan indah, menggiringnya, lalu tiga kali mampu memaksa kiper Korsel, Lee Taehui terperangah sembari memungut bola dari gawang sendiri. Namun, apa mau dikata, itulah terakhir kita menyaksikan permainan menawan mereka.