Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

RETRO: Kediri Jadi Kota Mati karena Aremania

By Caesar Sardi - Senin, 3 Agustus 2015 | 18:02 WIB
Ilustrasi. (Dok. BOLA)

Partai kedua babak 8 besar Grup A di Stadion Brawijaya, Kediri, berakhir rusuh. Ini tragedi kedua setelah tahun 2003 Aremania juga merusak fasilitas stadion dan sepanjang jalan Kota Kediri.

Kericuhan yang berbuntut perusakan dan pembakaran fasilitas stadion yang dilakukan ribuan Aremania dipicu kepemimpinan wasit Jajat Sudrajat (Cianjur) saat memimpin partai Persiwa kontra Arema, Rabu (16/1).

Aroma keributan mulai tercium sejak babak pertama. Terhitung ada tiga gol Arema yang dianulir wasit. Keputusan inilah yang memancing emosi Aremania, yang pernah dilabeli suporter terbaik di Indonesia itu. Korban pertama adalah asisten wasit I Yuli Suratno (Bandung). Kepalanya kena bogem mentah oknum Aremania yang masuk lapangan dari tribun utama sebelah barat daya. Guru olahraga SMPN Cilengkrang, Kabupaten Bandung ini harus mendapat bantuan oksigen dan dilarikan ke RS Gambiran untuk dipindai.

Saat Yuli masih terkapar, wasit Jajat mendapat tendangan karate dari belakang yang dilancarkan seorang oknum Aremania yang masuk ke lapangan. Meski sempat terjatuh, Jajat masih bisa melanjutkan pertandingan. Posisi Yuli digantikan Suaidi Yunus (NAD).

Memasuki babak kedua, ketegangan kian memuncak. Pemicunya adalah umpan silang dari sisi kanan pertahanan Persiwa yang membentur mistar gawang dan oleh asisten wasit Sumarman dianggap telah melewati garis. Giliran Aremania sebelah timur yang melempari Sumarman hingga pingsan. Sumarman menyusul rekannya ke RS Gambiran.

“Saya harus mengangkat bendera karena saat gol pemain Arema off-side. Saya berani mempertanggungjawabkan keputusan ini,” kata Yuli ketika ditemui BOLA di ruang medis stadion.

Situasi makin tak terkendali. Pertandingan terpaksa dihentikan pada menit ke-76 karena Aremania mulai merobohkan pagar, membakar, serta merobek-robek bendera PSSI dan FIFA. Jala gawang dan papan iklan dibakar. Gawang juga dicabut dari tempatnya.

Aparat keamanan sempat mengeluarkan tembakan peringatan untuk meredam keberingasan Aremania. Tim Persiwa terpaksa harus dievakuasi ke Markas Brimob dengan mobil rantis.

Setelah keadaan dalam stadion bisa dikendalikan, kerusuhan terjadi di jalan-jalan Kota Kediri. “Seharusnya Aremania bisa jadi contoh karena mereka suporter terbaik di Indonesia. Kami ikut marah karena mereka merusak rumah warga. Ini sudah tindakan kriminal,” kata Teguh, warga Bendon.

Setelah peristiwa ini Kediri bak kota mati selama beberapa jam. Polisi melakukan patroli di jalan raya dan warga bergerombol di beberapa titik perempatan.

“Wasit menjadi pemicu pecahnya kerusuhan ini. Jika tidak keterlaluan, Aremania tak akan emosi. Kami telah ikut mencoba meredam, tapi mereka sudah telanjur marah,” ujar Satrija Budi Wibawa, manajer Arema.

“Inikah yang disebut suporter terbaik? Punya kriteria merusak fasilitas, memukul wasit dan pemain ketika timnya kalah?” ucap Hasyim, pentolan suporter Surabaya B-Fazter’s yang mengontak BOLA setelah insiden terjadi.

Jadwal Mundur

“Jangan salahkan Aremania karena BLI menunjuk wasit yang tak cakap. Kalau wasit bertugas dengan baik dan tempat pertandingan memadai tentu tak akan ada kejadian seperti ini,” kata Yuli Sumpil, dirijen Aremania.

Stadion yang dinilai terlalu kecil ini juga dikeluhkan sekitar 150 suporter Persiwa asal Surabaya dan Malang yang tak bisa masuk. “Aremania bisa masuk dan diberi kuota, sedangkan kami tidak. Ini tentu mengecewakan,” sebut Yosafat Wenda, perwakilan suporter Persiwa.

Buntut kerusuhan ini, BLI menunjuk Stadion Delta, Sidoarjo menggantikan Kediri. Sedang untuk pertandingan terakhir yang digelar bersamaan, disiapkan Stadion 10 November (Surabaya) dan Tri Dharma (Gresik).

Sisa pertandingan Persiwa vs Arema akan dilanjutkan pada Senin (21/1). Seluruh jadwal pertandingan di grup A mundur. Sedang di grup B, hanya pertandingan terakhir yang terkena penundaan.

Keputusan ini diambil setelah BLI melakukan rapat pukul 02.00 Kamis dini hari di aula rumah dinas Wali Kota Kediri.

“Kami pasrah karena waktu penunjukan BLI pula yang memutuskan,” ucap Bambang Sumarjono, ketua panpel Kediri.

Bambang merasa kecewa dan dibohongi perwakilan korwil Aremania yang sebelumnya telah menandatangani kesepakatan damai. “Mereka mengingkari komitmen damai yang disepakati sebelum babak ini digelar. Sampai kapan pun kami tak percaya lagi dengan mereka,” tutur Bambang.

(Penulis: Gatot Susetyo/Sigit Nugroho/Indra Ita)