Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Mengembalikan DNA Milan. Hal itu merupakan misi Filippo Inzaghi kala ia diangkat sebagai pelatih klub berjulukan Il Diavolo Rosso (Setan Merah) itu pada musim panas tahun lalu.
Namun, Inzaghi langsung dihadapkan dengan kerikil tajam di awal perjalanannya menuju target itu. Milan porak-poranda di turnamen pramusim International Champions Cup (ICC) 2014. Il Diavolo kalah dari Olympiacos (0-3), Manchester City (1-5), dan Liverpool (0-2).
Performa buruk di pramusim merembet ke kompetisi sebenarnya. Milan gagal total di Serie A 2014/15 dan terdampar di posisi 10. Tak cuma gagal membawa Milan finis di papan atas, Inzaghi juga malah menghilangkan salah satu DNA Milan, yakni kekuatan dalam menguasai permainan.
Inzaghi tak bisa membuat Milan tampil dominan seperti para pendahulunya. Pada musim lalu rata-rata penguasaan bola Il Diavolo hanya 51,3 persen, alias rangking ke-9 Serie A.
Catatan tersebut adalah yang terjelek dalam lima musim terakhir. Sebelum era Inzaghi Milan selalu berada di tiga besar tim dengan persentase penguasaan bola terbaik.
Inzaghi pun pada akhirnya harus rela meletakkan jabatannya sebagai ahli strategi Milan. Posisinya digantikan oleh Sinisa Mihajlovic yang sukses melesatkan Sampdoria ke posisi tujuh klasemen Serie A musim lalu.