Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kualitas Sepak Bola Indonesia Terus Menurun

By Ary Julianto - Kamis, 23 Juli 2015 | 22:34 WIB
Fandi Eko Utomo, perlu kompetisi ketat untuk meningkatkan kualitasnya.

Sanksi FIFA pada PSSI membawa pengaruh buruk pada kompetisi usia muda. Tak hanya di dalam negeri, tapi juga di pentas internasional. Melihat fenomena ini, para pengamat pun angkat bicara.

Salah satu yang paling menyoroti masalah ini adalah eks pelatih Sriwijaya FC, Subangkit. Baginya, matinya kompetisi usia muda di level nasional maupun internasional membawa pengaruh besar terhadap sepak bola Indonesia. Pasalnya, sepak bola sebuah negara itu bisa berkembang pesat jika kompetisi usia mudanya berjalan baik, begitu juga sebaliknya.
Seharusnya di bulan Agustus ini, Indonesia menjadi tuan rumah Piala AFF U-17 dan U-19. Namun tim asuhan Fachry Husaini yang sudah dipersiapkan sejak November lalu sudah dibubarkan karena sanksi FIFA membuat mereka dikucilkan dari dunia sepak bola internasional. 
“Tidak ada satu pun timnas sebuah negara yang hebat jika kompetisi usia mudanya tidak berputar. Karena kematangan sebuah tim hanya bisa didapat dengan berkompetisi,” ujar Subangkit, mantan pelatih Sriwijaya FC.
Subangkit menyatakan, kompetisi usia muda adalah fondasi bagi sepak bola sebuah negara. Jika kompetisi usia muda di Indonesia mati, ia yakin Indonesia tak akan mampu bersaing di level internasional. 
Hal yang sama dilontarkan Yusuf Ekodono. Eks pelatih Persebaya U-21 itu meyakini, matinya kompetisi usia muda di dalam negeri bakal berimbas buruk pada tim di level atasnya. “Kompetisi itu dilakukan secara berjenjang, kalau satu level kompetisi usia muda tidak tergarap dengan baik, di tahap berikutnya tidak akan bagus,” tutur mantan bintang Timnas senior itu.

Salah satu yang paling menyoroti masalah ini adalah eks pelatih Sriwijaya FC, Subangkit. Baginya, matinya kompetisi usia muda di level nasional maupun internasional membawa pengaruh besar terhadap sepak bola Indonesia. Pasalnya, sepak bola sebuah negara itu bisa berkembang pesat jika kompetisi usia mudanya berjalan baik, begitu juga sebaliknya.

Seharusnya di bulan Agustus ini, Indonesia menjadi tuan rumah Piala AFF U-17 dan U-19. Namun tim asuhan Fachry Husaini yang sudah dipersiapkan sejak November lalu sudah dibubarkan karena sanksi FIFA membuat mereka dikucilkan dari dunia sepak bola internasional. 

“Tidak ada satu pun timnas sebuah negara yang hebat jika kompetisi usia mudanya tidak berputar. Karena kematangan sebuah tim hanya bisa didapat dengan berkompetisi,” ujar Subangkit, mantan pelatih Sriwijaya FC.

Subangkit menyatakan, kompetisi usia muda adalah fondasi bagi sepak bola sebuah negara. Jika kompetisi usia muda di Indonesia mati, ia yakin Indonesia tak akan mampu bersaing di level internasional. 

Hal yang sama dilontarkan Yusuf Ekodono. Eks pelatih Persebaya U-21 itu meyakini, matinya kompetisi usia muda di dalam negeri bakal berimbas buruk pada tim di level atasnya. “Kompetisi itu dilakukan secara berjenjang, kalau satu level kompetisi usia muda tidak tergarap dengan baik, di tahap berikutnya tidak akan bagus,” tutur mantan bintang Timnas senior itu.