Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tak pernah terbesit di benak Jani Robert Yawan Bedes untuk berangkat ke Manchester. Bagi bocah berusia 14 tahun ini, pergi dari tempat asalnya, Merauke, saja sudah jadi barang langka.
Robert adalah satu dari enam anak yang terpilih berlatih bersama Manchester United melalui Gerakan Seribu Bola pada Agustus 2014. Namun, dia gagal berangkat karena masalah paspor.
Orangtua Robert menikah lewat jalur adat, bukan agama. Keduanya berpisah dan sang ibu tak diketahui keberadaannya. Padahal, Robert membutuhkan tanda tangannya agar paspor disetujui oleh petugas imigrasi.
Singkat cerita, paspor Robert tak selesai tepat waktu. Namun, dia tetap berpikiran positif. "Yang penting, saya bisa lihat Jakarta," kata Robert, yang pertama kali berkunjung ke ibu kota tahun lalu.
Untungnya, PT Multistrada Arah Sarana TBK (produsen Achilles) dan Kick Andy Foundation selaku penyelenggara mau memberikan kesempatan kedua. Robert berangkat bersama anak terpilih edisi 2015.
"Pengadilan memutuskan, hak asuh Robert dipindahkan ke pamannya. Jadi, pamannya bisa memberi restu dia berangkat ke Manchester. Paspornya jadi Juli dan visanya rampung baru kemarin (10/8/2015)," jelas Ketua Harian Kick Andy Foundation, Ali Sadikin.
Mimpi
Selain Robert, ada enam anak lain yang berangkat. Mereka adalah Marcellius Fanmakuni, I Kadek Dwi Kuriawan, Pamungkas Budi Wibowo, Ayub Abdul Aziz, Ahmad Wahyudi dan Jero Pratama.
Mereka bakal berlatih di Manchester dari 14-23 Agustus 2015. Tujuh anak tersebut diberi kesempatan berkunjung ke London selama satu hari dan menyaksikan pertandingan antara Manchester United dan Newcastle United pada 22 Agustus mendatang.
Sama halnya seperti Robert, berangkat ke Manchester merupakan barang langka bagi enam bocah tersebut. Sebab, penyelenggara memang memprioritaskan anak-anak kurang mampu dalam proses seleksi.
Jero jadi salah satu contoh. Bocah asal Padang ini sebenarnya lolos seleksi tim nasional U-12 yang berangkat ke Jepang pada 2012. Namun, kendala finansial menggagalkan Jero.
"Kami ingin memberikan mimpi agar anak Indonesia menjadi pesepak bola terkenal," ucap Senior Marketing Manager PT Multistrada, M Zein Saleh.
Proses seleksi tak cuma mengutamakan aspek teknik, tetapi juga mental dan sikap menghargai. Sebagai contoh, setiap kamar harus dihuni oleh dua anak dengan keyakinan berbeda. "Mereka harus tahu kalau Indonesia itu plural," lanjut Ali Sadikin.
Penyelenggara belum menetapkan penyaluran enam anak ini setelah ke Manchester. Andai salah seorang anak sukses dan diklaim oleh pihak lain, baik Kick Andy Foundation maupun PT Multistrada tak akan mempermasalahkannya. Sebab, tujuan dari program ini sekadar mewujudkan mimpi yang sulit dijangkau.
"Semoga, setelah pulang dari Manchester, mereka bisa jadi agen pembaruan untuk sepak bola Indonesia," imbuh M Zein.