Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Merujuk pada dua gelar yang direbut Arema pada Copa Dji Sam Soe dua edisi pertama, ada kesan memprediksi kampiun event ini relatif mudah. Tapi, itu penilaian sepihak.
Setidaknya itulah yang disampaikan Jaya Hartono, pelatih Deltras. Baginya, juara Copa sulit diterka. Untuk sampai ke fase 8 besar saja diperlukan dua sampai tiga kali undian. Artinya sebuah tim bisa berhadapan dengan lawan lemah atau justru berat.
Tim yang secara matematis dinilai lebih lemah pun bisa tiba-tiba menjadi liar. Tengok Persibo Bojonegoro, yang mendepak Persik Kediri. Juga Persekabpas, yang terengah-engah di liga tapi malah merontokkan Arema, yang tengah solid di semua aspek, teknik maupun nonteknik.
Itulah seninya event Copa. Namun, pada fase 8 besar edisi terkini, peluang Persipura, Persija, dan PSMS bisa dinilai lebih besar. Ini jika memakai perhitungan motivasi, soliditas tim, kesetaraan stok pemain inti dengan cadangan, kejelian pelatih, sokongan fan, serta kematangan tim.
Sementara itu, Persita, Sriwijaya FC, serta Deltras berada pada layer kedua. Jika mampu lolos dari fase terberat di 8 besar, mereka bisa terus menyodok ke final.
Di babak semifinal ketegangan telah berlalu. Apalagi ketiga klub dikenal memiliki pelatih yang jitu dalam meracik strategi, selalu menghadirkan perbedaan, terutama setelah melihat calon lawan.
Papan Atas
Pelita dan Persekabpas berada pada urutan terakhir, sekalipun peluang melaju tetap terbuka. Toh sepakbola bukan matematika.
Nah, yang rumit tentu memprediksi peluang juara Copa edisi tahun depan. Jika Liga Super digulirkan Juli dan kelar medio 2009, maka Copa pun demikian.
”Yang pasti kami masih punya komitmen memajukan sepakbola Indonesia lewat jalur Copa,” ujar Marsal Masita, Associate Brand Manager Dji Sam Soe.
Juaranya ada kemungkinan tak akan jauh dari tim-tim papan atas. Dengan beban finansial (di mana dana APBD akan diaudit lebih detail), klub-klub kecil paling banter finis di fase 16 besar. Tapi, versi Gusnul Yakin mantan pelatih PKT dan Persiter, beda lagi.
“Klub divisi utama lebih berpeluang sebab pesertanya lebih banyak dibanding klub Liga Super. Kemarin kan klub divisi utama mendominasi, sedang dari divisi satu sedikit,” kata Gusnul.
Buat sponsor, siapa pun juaranya tak jadi soal. Yang utama klub itu mampu mengusung gengsi Copa di pentas Liga Champion Asia.
(Penulis: Sigit Nugroho/Gatot Susetyo)