Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kelompok suporter Aremania merasa larangan menyaksikan aksi tim kesayanganya di seluruh penjuru Tanah Air selama tiga tahun yang diganjarkan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI berlebihan.
Ketua Komdis, Hinca Panjaitan, dinilai telah menerapkan standar ganda dalam menuntaskan kasus kerusuhan dalam duel Arema vs Persiwa, Rabu (16/1). “Saat menjadi pengacara Persebaya dia membela habis-habisan Bonek, yang berbuat rusuh di 8 besar Liga Djarum 2005. Padahal, mereka juga melakukan tindakan yang sama-sama mencoreng sepakbola Indonesia,” ungkap H. Slamet, pentolan Aremania dari Tongan.
Hinca dinilai bertindak tak fair karena pada saat menjadi penasihat hukum Bajul Ijo kerap menyebut hukuman berat yang dijatuhkan Komdis justru tak akan mendidik Bonek menjadi suporter yang baik.
“Dengan memberi keringanan, Bonek akan sadar dengan sendirinya. Hukuman berat amat tak mendidik,” ungkap Hinca di hadapan para jurnalis dalam sesi diskusi Menggugat Kasus Persebaya Melalui UU Olahraga, 13 Desember 2005 di PSSI.
Lewat surat terbuka yang dilayangkan ke berbagai media, Aremania mengungkapkan penyesalan terhadap aksi anarkistis. Mereka meminta agar pihak-pihak terkait dalam hal ini PSSI maupun BLI menyikapi kasus ini sesuai proporsi.
Mereka berharap Komding juga bersikap adil seperti saat memberi remisi Bonek, yang akhirnya hanya dikenai sanksi tiga bulan, bukan tiga tahun.
Guna memuluskan proses banding, Aremania menyewa pengacara Wahyu Hidayat. “Jika upaya banding ke Komding mentok, kami menempuh jalur hukum,” kata Wahyu.
Tak tertutup kemungkinan kera-kera Ngalam berencana menemui Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, untuk beregosiasi.
Langkah Aremania itu didukung klub. “Kami sehati.Aremania susah, Arema pun ikut susah,” ucap Satrija Budi Wibawa, manajer tim Arema.
Ketua Komding, Rusdi Taher, sendiri mengaku belum menerima surat permohonan banding. Sambil menunggu kepastian, Aremania bisa menyaksikan duel Arema vs Sriwijaya, Rabu (23/1) di Stadion Delta, Sidoarjo, dengan cara cerdik. Mereka datang ke stadion memakai baju batik tanpa atribut kebesarannya.
Pola ini pernah diusung suporter Persija, The Jakmania, yang dihukum Komdis karena berbuat ricuh di Tangerang.
(Penulis: Ario Yosia/Indra Ita)