Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Psikologi merupakan salah satu ilmu yang turut dikembangkan dalam sains olah raga. Secara umum, ilmu psikologi bisa dijelaskan sebagai suatu cabang ilmu yang berupaya untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tentang perilaku manusia dalam lingkungan olah raga.
Dalam ajang World Congress of Science and Football (WCSF) 2015 di Kopenhagen, Denmark, pada 20-23 Mei 2015, para peneliti bidang psikologi dari beberapa negara turut ambil bagian memaparkan hasil penelitannya. Salah satu agenda konferensi empat tahunan tersebut adalah presentasi hasil penelitian para peneliti sains olah raga dengan fokus pada cabang sepak bola dan persekutuannya seperti rugby dan american football.
Psikologi olah raga memiliki fokus pada hubungan dan interaksi antara fungsi psikologis dengan performa atlet. Hubungan tersebut diharapkan dapat bersinergi positif untuk menciptakan peluang berprestasi yang lebih optimal. Seorang tokoh psikologi olah raga, James E. Loehr mengatakan, “Setidaknya lima puluh persen dari proses permainan yang baik adalah hasil dari faktor mental dan psikologi.”
Salah satu tokoh psikologi olah raga Indonesia, Gunarsa, juga mengemukakan bahwa penampilan atlet dalam permainan atau pertandingan tidak dapat dilepaskan dari tingkah laku dan aspek psikis yang mendasarinya. Kondisi fisik dan ketrampilan tinggi belum lah cukup, karena harus ada yang mengemudikan dan mengarahkan. Faktor psikis acap kali menjadi penentu dan berperan lebih besar.
Salah satu penelitian menarik yang turut berpartisipasi di ajang WCSF 2015 lalu adalah yang dilakukan seorang profesor psikologi olah raga asal Norwegia bernama Geir Jordet. Dalam penelitiannya yang berjudul Applying Psychology in Elite and Professional Football, Jordet membahas salah satu talenta muda yang mencuri perhatian publik saat dikontrak Real Madrid awal tahun ini, Martin Odegaard.
Penerapan menu dan metode latihan berdasarkan aspek psikologi
Salah satu aspek psikologi yang dibahas dalam penelitian Jordet adalah Persepsi (Perception), yang didefinisikan sebagai interpretasi dari informasi sensorik. Sederhananya, persepsi berarti ‘bagaimana seseorang menanggapi suatu informasi.’
Persepsi dapat diartikan pula sebagai proses di mana kita menerima informasi dari lingkungan dan menggunakan informasi tersebut untuk berinteraksi dengan lingkungan kita. Persepsi memungkinkan kita untuk mengambil informasi dan membuatnya menjadi sesuatu yang bermakna.
Bergabungnya Odegaard ke klub raksasa Spanyol, Real Madrid, menjadi fenomena dunia sepak bola. Manajemen Los Blancos sampai rela menggelontorkan dana besar untuk merekrut pemain berusia 16 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa Odegaard merupakan pemain dengan kemampuan ekstra spesial.
Guna menggali informasi lebih mendalam tentang bakat Odegaard, dua jurnalis olahraga Norwegia memawancarai ayah Martin, Hans-Erik Odegaard yang merupakan mantan pemain sepakbola profesional. Hans-Erik berujar bahwa anaknya dilatih sejak usia 5 tahun secara intensif dan spesifik.
Hal tersebut menjadi kunci kesuksesan Odegaard muda. Ada tiga faktor kunci yang ditekankan Hans Erik, yaitu :
1) You have to train a lot;
2) You have to train well; dan
3) You have to train the correct way.
Hans-Erik membiasakan anaknya untuk berlatih dengan ketiga poin kunci tersebut. Martin dilatih dengan sangat giat dan dengan durasi panjang, didukung dengan metode benar, dan orientasi jelas. Sebagian besar menu latihan Martin menggunakan bola dengan fokus pada sentuhan yang diarahkan pada upaya melepaskan diri dari tekanan lawan.
Metode tersebut mulai diterapkan sejak Martin berusia 8 tahun. Dengan demikian, Martin mampu memiliki visi bermain yang luas serta kemampuan kontrol bola sangat baik untuk ukuran pemain muda.
Menu dan metode latihan yang diterapkan oleh Hans-Erik kepada Martin sesuai dengan pengertian perception yaitu proses aktif menseleksi, mengorganisasi, dan mengintepretasi informasi ke otak melalui indera yang manusia miliki dan mengubah informasi tersebut menjadi sebuah perilaku yang berarti.
Pola latihan andalkan persepsi
Dalam kasus Martin Odegaard, sang ayah sangat melatih indera mata Odegaard dengan cara memberikan pola latihan yang sangat mengandalkan persepsi supaya Odegaard memiliki visi mumpuni, yang melibatkan pergerakan dengan dan tanpa bola.
Hal ini berguna bagi Odegaard untuk bergerak dengan efektif di lapangan. Sebagai gelandang menyerang, tugas utamanya adalah menciptakan peluang sebanyak-sebanyaknya untuk para penyerang dan bahkan jika memang memiliki naluri mencetak gol yang tinggi, hal itu menjadi nilai tambahan.
Oleh karena itu, visi bermain yang tinggi sangat dibutuhkan oleh Odegaard untuk berkembang menjadi pemain yang hebat di masa mendatang.
Kelihaian Martin Odegaard yang ditopang oleh metode dan orientasi latihan tepat-guna yang diterapkan oleh Hans Erik Odegaard mendukung pernyataan para praktisi terdahulu bahwa psikologi olah raga juga berperan besar dalam pengembangan talenta muda.
Cerita Odegaard ini juga meyakinkan banyak pihak tentang pentingnya sains olah raga, khususnya di cabang sepak bola. Jadi, psikologi olah raga pada hakikatnya adalah ilmu psikologi yang diterapkan pada bidang olah raga dengan tujuan untuk meningkatkan kesiapan dan kesejahteran psikologis dan menjadi fondasi untuk memaksimalkan potensi sehingga dapat menghasilkan prestasi terbaik. (Fridondy Dilaga)