Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Keajaiban Dongeng Sepak Bola Fiji Terus Berlanjut

By Jalu Wisnu Wirajati - Minggu, 12 Juli 2015 | 23:28 WIB
Tim nasional sepak bola Fiji saat akan menghadapi Uzbekistan (7/6/2015). (Getty Images)

Beberapa bulan belakangan, dunia sepak bola dihebohkan dengan kebangkitan kualitas permainan tim nasional Fiji. Setelah meraih hasil mengejutkan dengan lolos ke Piala Dunia U-20 di Selandia Baru dan menghajar Mikronesia 38-0 dalam ajang Pacific Games 2015, skuat besutan Pelatih Juan Carlos Buzzetti ini lolos ke Olimpiade 2016 di Brasil.

Seperti dilansir FIFA.com, Pacific Games 2015 merupakan kualifikasi Olimpiade 2016 bagi tim-tim asal Oseania, yang akan memperebutkan satu tiket menuju negara kelahiran legenda bola sepak, Pele.

Dalam perhelatan di Papua Nugini itu, Kepulauan Solomon telah tersingkir dari penyisihan grup Pacific Games, usai berada di peringkat terbawah Grup B, hasil dari kekalahan atas Selandia Baru, Kaledonia Baru, dan sang tuan rumah. Empat tim melaju ke fase gugur yang menyajikan dua partai semifinal antara Fiji melawan Papua Nugini serta Selandia Baru kontra Vanuatu.

Duel semifinal pertama digelar di Port Moresby. Papua Nugini yang bermain di depan pendukungnya, mencoba menguasai permainan atas Fiji. Namun, tekanan mereka terhenti, berkat gol dari penyerang Fiji, Napolioni Qasevakatini.

Alam seperti mendukung antusiasme penonton tuan rumah, dengan terbenamnya matahari dan munculnya hujan deras. Tommy Semmy kemudian membuat Port Moresby bergemuruh, usai mengkonversi penalti dengan mulus untuk menyamakan kedudukan 1-1. Akan tetapi, Qasevakatini lagi-lagi membungkam seisi stadion usai kembali membawa Fiji unggul 2-1 sebelum turun minum.

Finishing mematikan predator Fiji itu terus berlanjut. Dia sukses mengukir hat-trick di babak kedua, setelah sepakan dari luar kotak penaltinya memastikan langkah Fiji ke final.

Lawan mereka di final harusnya adalah Selandia Baru, yang mengejar penampilan ketiga secara beruntun dalam turnamen Olimpiade. Negeri Kiwi itu menaklukkan Vanuatu dengan gol dari Monty Patterson dan Bill Tuiloma dalam kemenangan 2-0. Namun, hasil ini dibatalkan oleh Konfederasi Sepak Bola Oseania (OFC) setelah banding dari pihak Vanuatu.

"Komite telah menemukan bahwa Selandia Baru menurunkan pemain yang tidak memenuhi syarat dalam pertandingan melawan Vanuatu pada tanggal 10 Juli 2015," tulis pernyataan OFC. "Komite telah menyatakan Selandia Baru kalah dalam pertandingan melawan Vanuatu dengan hasil 0-3 dan oleh karena itu, Vanuatu melanjutkan ke pertandingan final OFC turnamen kualifikasi Olimpiade melawan Fiji."

Muncullah pertempuran duo ikan kecil dalam laga puncak di Port Moresby.

Keputusan tersebut membuat Vanuatu harus meladeni Fiji di partai penentuan, Minggu (12/7/2015). Tim senior kedua tim ini hanya berada di peringkat 197 dan 199 dalam ranking terbaru yang dirilis FIFA, akan tetapi perjuangan mereka akan berujung satu tiket menuju Rio de Janeiro.

Kedua kesebelasan tampaknya menyadari bahwa sejarah hanya akan diukir dengan sebuah kemenangan dan final ini akan menjadi arena perang bagi kedua kubu. Meski Fiji sering mengambil inisiatif serangan dan Vanuatu konsisten dalam melakukan serangan balik cepat, keduanya gagal memecah kebuntuan dalam 2x45 menit. Final pun berlanjut ke perpanjangan waktu.

Kiper Vanuatu, Selonie Iaruel, terus sibuk hingga akhir pertandingan, bahkan dia membuat satu penyelamatan yang sangat luar biasa ketika mementahkan peluang dari pahlawan semifinal Fiji, Qasevakatini, di babak tambahan. Dia berhasil menunda Fiji keluar sebagai pemenang dalam 30 menit tambahan waktu. Ini membuat adu penalti menjadi penentu akhir siapa yang lolos ke Brasil.

Setelah dua algojo pertama menunaikan tugas dengan baik, Junia Vava gagal menyelesaikan eksekusi setelah diselamatkan oleh Tevita Koroi, sebelum Iaruel, sekali lagi, membuat Qasevakatini tertunduk lesu. Tendangan eksekutor selanjutnya, Bong Kalo dan Norak Prasad, hanya menerpa mistar gawang, sebelum empat penalti selanjutnya berbuah gol.

Pada eksekusi pamungkas, sepakan bek Vanuatu, Remy Kalsarap, melebar dan Dreloa berhasil membawa timnya berangkat ke Rio de Janeiro. Fiji menang 4-3. Seluruh anggota skuat dan staf berlari dari bangku cadangan untuk mengucapkan selamat kepada pemain nomor 4 itu, sembari mengibarkan bendera Fiji dengan antusias dalam perayaan tersebut.

Kemenangan ini menandai hasil luar biasa persepakbolaan Fiji dalam beberapa bulan belakangan. Hampir setengah dari pasukan di final tampil dalam gelaran Piala Dunia U-20 di Selandia Baru bulan lalu. Apakah Fiji akan meraih kemenangan bersejarah lainnya, seperti kemenangan 3-0 saat menundukkan Honduras di PD U-20, dalam laga musim panas mendatang di Rio? Perjalanan fantastis sepak bola Fiji terus berlanjut. Pemberhentian berikutnya adalah Brasil.