Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

RETRO: Bang Yos Menuju Ketum PSSI Tak Tersaingi

By Caesar Sardi - Jumat, 29 Mei 2015 | 15:08 WIB
Sutiyoso, kans besar menggeser Nurdin Halid. (Dok. BOLA)

Setelah merasa mengantongi banyak dukungan, eks Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, secara terbuka akhirnya menyatakan kesediaannya menggantikan Nurdin Halid sebagai Ketua Umum PSSI. Pernyataan itu pun mendapat respons beragam dari klub pemilik suara di daerah.

Bagi manajer Persebaya, Lilik Suhartoyo, kesediaan Bang Yos menjadi pemimpin baru di PSSI setelah Nurdin masuk bui bukanlah sesuatu yang aneh. Pasalnya dia sudah terbukti sebagai seorang pencinta sepakbola sejati dengan mendukung penuh klub Persija.

“Saya pikir dia layak jadi Ketua Umum PSSI. Totalitasnya di Persija adalah buktinya. Asal niat Sutiyoso tulus memajukan sepakbola nasional, tentu tak masalah,” paparnya.

“Saya lebih baik menunggu semua masalah ini jelas. Apalagi, belum ada kepastian soal keputusan FIFA terhadap Nurdin,” katanya.

Tanggapan positif juga ditunjukkan asisten manajer Persekabpas, Udik Djanuantoro. “Asalkan tak ada alasan politis, dia orang yang tepat. Ia punya banyak pengalaman berkecimpung dalam organisasi besar,” kata Udik tanpa menjabarkan detail alasan politis itu.

Namun, soal dukung-mendukung, Lilik maupun Udik masih berpikir dua kali. Pasalnya ia masih menunggu kepastian status Nurdin setelah sidang FIFA di Zurich, Swiss, yang digelar 28-30 Oktober.

Jika FIFA menghendaki PSSI menggelar pemilihan ketua umum, tanpa berpikir panjang keduanya siap mendukung langkah Bang Yos menuju singgasana.

Peta Persaingan

Jika membaca peta persaingan, bisa dibilang langkah Bang Yos menuju kekuasaan di PSSI tak tersaingi. Beberapa nama kandidat yang digadang-gadang masuk bursa, seperti Arifin Panigoro dan Rahmat Gobel, lewat orang dekat mereka menyatakan tak berminat menakhodai PSSI.

Tak terkecuali Nirwan Bakrie (Wakil Ketua Exco PSSI), yang terhitung punya dukungan suara kuat dari kalangan grass root PSSI.

Konglomerat pemilik perusahaan Grup Bakrie tersebut memilih bermain aman menjadi orang nomor dua di bawah Nurdin. “Ketua Umum PSSI kursi panas. Nirwan lebih suka bermain di balik layar karena dia terhitung sibuk sebagai pengusaha. Dia tak mau menjadi sasaran tembak media yang selalu menyorot gerak-gerik organisasi besar layaknya PSSI,” ungkap salah satu orang dekat Nirwan.

Persoalannya, tak ada klub yang berani terang-terangan menekan PSSI menggelar munaslub. Mereka agaknya lebih menikmati kondisi yang ada saat ini.

Pasalnya Nurdin, yang tengah terpojok di Rutan Salemba, kerap menuruti permintaan mereka. Penghapusan degradasi di kompetisi divisi utama dan satu maupun dispensasi penambahan pemain asing merupakan salah satu keputusan kontroversial yang konon dirilis Nurdin untuk membendung arus munaslub.

Dalam kondisi seperti ini, hasil sidang FIFA menjadi satu-satunya jalan menumbangkan dinasti Nurdin di PSSI. Jika keputusan FIFA menginginkan Ketua Umum PSSI diganti, tanpa dirancang pun munaslub tak bisa dihindari.

“Sudahlah kita ikuti saja aturan main di AD/ART,” ujar Asmuri, asisten manajer Persema.

“Alangkah bijaksananya jika semua pihak membiarkan kabinet PSSI yang ada saat ini menjalankan tugas mereka hingga masa tugas selesai. Jika ingin ada perubahan pada 2011 baru gunakan hak suara di munas,” jabar Nugraha Besoes, Sekjen PSSI

(Penulis: Ario Yosia/Fahrizal Arnas/Indra Ita)