Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Asprov Jatim: Tim Transisi Catut Nama Klub

By Firzie A. Idris - Kamis, 9 Juli 2015 | 08:20 WIB
Muchaiyin, Kiper asal Jatim

baru ini Asprov PSSI Jatim membantah klaim Tim Transisi yang menyertakan sejumlah klub Divisi Utama asal Jatim dalam Piala Kemerdekaan. Melalui Sekretarisnya, Amir Burhannudin, Asprov menegaskan bahwa Persu Sumenep, Persekap Kabupaten Pasuruan, PSBK Blitar dan PSBI Blitar tidak ikut turnamen yang digagas Tim Transisi itu.  

Amir menyebutkan, ia telah mengonfirmasi setiap klub yang namanya dicatut oleh Tim Transisi itu. Namun semuanya menolak klaim tersebut. “Mereka main catut saja. Buktinya mereka bilang tidak ambil bagian,” kata Amir.
Bagi Amir, pencatutan nama-nama klub tersebut membuktikan bahwa Tim Transisi sengaja menggelindingkan opini agar turnamen yang mereka buat mendapat respon positif dari banyak klub. “Faktanya mereka tidak mendapat dukungan dari mayoritas klub,” sebutnya.
Di Jatim sendiri memang ada beberapa klub yang sudah memastikan diri ikut di Piala Kemerdekaan. Selain Persepam Madura Utama dan Persatu Tuban, juga ada Persebo Bojonegoro, Madiun Putra, Persekap Pasuruan, Persatu Tuban, Persinga Ngawi.
Dari sekian klub, Persepam Madura Utama  dan Persatu Tuban mengaku tak peduli dengan ancaman sanksi dari PSSI. “Kami tidak gentar dengan ancaman, karena kami murni bicara sepak bola, bukan politik,” jelas Nadi Mulyadi, asisten manajer PMU. “Meski ancaman sanksi sudah ada, kami harus ambil risiko itu karena kondisi yang mendesak kami,” kata Fahmy Fikroni, manajer Persatu.
Persatu sendiri mengikuti turnamen ini karena beberapa alasan. “Kami didesak oleh pemain, suporter dan sponsorship. Suporter ingin tim kesayangannya bermain dan memberikan hiburan, pemain ingin mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, dan kami harus membayar kewajiban kami pada sponsor yang sudah mendanai persiapan kami,” sebutnya.
Fikroni mengungkapkan, selama persiapan lalu, timnya telah menghabiskan dana sponsor Rp 800 juta. Karena itu, hanya dengan mengikuti turnamen inilah manajemen Persatu bisa membayar kewajiban mereka.

Amir menyebutkan, ia telah mengonfirmasi setiap klub yang namanya dicatut oleh Tim Transisi itu. Namun semuanya menolak klaim tersebut. “Mereka main catut saja. Buktinya mereka bilang tidak ambil bagian,” kata Amir.

Bagi Amir, pencatutan nama-nama klub tersebut membuktikan bahwa Tim Transisi sengaja menggelindingkan opini agar turnamen yang mereka buat mendapat respon positif dari banyak klub. “Faktanya mereka tidak mendapat dukungan dari mayoritas klub,” sebutnya.

Di Jatim sendiri memang ada beberapa klub yang sudah memastikan diri ikut di Piala Kemerdekaan. Selain Persepam Madura Utama dan Persatu Tuban, juga ada Persebo Bojonegoro, Madiun Putra, Persekap Pasuruan, Persatu Tuban, Persinga Ngawi.

Dari sekian klub, Persepam Madura Utama  dan Persatu Tuban mengaku tak peduli dengan ancaman sanksi dari PSSI. “Kami tidak gentar dengan ancaman, karena kami murni bicara sepak bola, bukan politik,” jelas Nadi Mulyadi, asisten manajer PMU. “Meski ancaman sanksi sudah ada, kami harus ambil risiko itu karena kondisi yang mendesak kami,” kata Fahmy Fikroni, manajer Persatu.

Persatu sendiri mengikuti turnamen ini karena beberapa alasan. “Kami didesak oleh pemain, suporter dan sponsorship. Suporter ingin tim kesayangannya bermain dan memberikan hiburan, pemain ingin mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, dan kami harus membayar kewajiban kami pada sponsor yang sudah mendanai persiapan kami,” sebutnya.

Fikroni mengungkapkan, selama persiapan lalu, timnya telah menghabiskan dana sponsor Rp 800 juta. Karena itu, hanya dengan mengikuti turnamen inilah manajemen Persatu bisa membayar kewajiban mereka.