Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
23 ini memilih berlebaran di Jakarta.
Rencana mudik ke Medan terpaksa dibatalkan karena kondisi keuangan keluarga yang sedang kurang baik.
“Semula saya ingin mengajak keluarga mudik ke Medan. Saya merasakan sepinya Jakarta karena banyak yang mudik. Lebaran ini kelabu bagi kami,” ujar Benny.
Menurut Benny, kisruh Menpora dan PSSI yang berujung pada pembekuan telah membuat pelaku sepak bola, terutama pemain dan pelatih, mengalami kesulitan.
Mereka kehilangan pekerjaan sekaligus pemasukan. Mantan kiper timnas pada era 1980-an ini terpaksa harus berhemat karena tidak memiliki pekerjaan selain melatih tim sepak bola.
“Kami harus prihatin dulu. Bujet Lebaran diperketat karena kami harus berhemat. Keluarga pun tidak pergi ke mana-mana. Mau bagaimana lagi karena saya tidak punya pemasukan lain. Keahlian saya hanya melatih kiper, tidak ada yang lain,” ujarnya.
Benny hanya berharap situasi yang tidak pasti ini segera berakhir. Bila pembekuan PSSI dicabut setelah Menpora kalah di PTUN, Benny berharap kompetisi bergulir lagi pada Oktober.
“Setidaknya, saya sudah mendapat gambaran atau tawaran dari klub untuk menghadapi kompetisi musim mendatang.
Sampai saat ini tidak ada tawaran apa pun selepas dari timnas U-23. Jadi, saya harus memperhitungkan benar kondisi keuangan agar tetap mencukupi bila kompetisi tidak segera bergulir kembali lagi,” ujar Benny.