Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kompetisi LSI U-21 Kini Mati Kutu

By Ary Julianto - Kamis, 23 Juli 2015 | 22:20 WIB
Kompetisi LSI U-21, belum sempat berputar tahun ini.

21. Kompetisi usia muda yang menjadi agenda turunan kompetisi LSI tersebut ikut mati. Padahal seharusnya mereka bergulir Juni lalu. 

Selepas kompetisi dihentikan, para pemain U-21 pun tercerai-berai. Padahal klub-klub LSI telah membentuk tim U-21 sebagai bagian aspek supporting team (tim pendukung) seperti yang disyaratkan oleh PT Liga Indonesia bagi klub yang mengambil lisensi profesional.
Manajemen Perseru ikut membubarkan Perseru U-21. Namun ada enam punggawa Perseru U-21 yang akhirnya terjaring ke tim Pra PON Papua asuhan Joko Susilo. Keenam pemain itu masih beraktifitas dan latihan rutin.
“Di Perseru masih tersisa banyak pemain berbakat yang terpaksa berhenti karena pembekuan PSSI. Saya kira anak-anak muda U-21 yang tergabung di klub-klub LSI lain, juga mengalami nasib serupa. Saya berharap banyak di antara mereka terjaring tim-tim Pra PON daerah masing-masing, agar mereka bisa berprestasi terus,” ucap Manajer Perseru, Yan Pieter Ayorbaba.
Nasib para pemain Persik U-21 musim lalu lumayan cerah. Mayoritas anak didik Alfiat yang sukses menembus babak semifinal LSI U-21 2014 mulai bergabung di klub-klub Divisi Utama 2015. Sayang akhirnya kompetisi kasta kedua nasional ini juga bubar dan mereka pun gagal mendapatkan pengalaman tanding.
“Kalau kompetisi tak berhenti, saya sudah main di Persis. Teman-teman juga banyak tersebar di klub-klub Divisi Utama lainnya. Saya masih beruntung karena Persis masih tampil Piala Polda Jateng lalu. Sehingga aktivitas saya tak berhenti total,” ujar Sandy Tyas, eks kapten tim Persik U-21. 
Kekecewaan juga dirasakan PSM Makassar U-21. Mereka termasuk tim yang paling serius mempersiapkan diri menghadapi LSI U-21 2015. Sejak awal Februari, mereka sudah menetapkan 25 pemain untuk menghadapi kompetisi usia muda jenjang terakhir menuju senior ini. Nur Fajar dkk. ditangani oleh eks striker PSIS Semarang, Syafril Usman dibantu asisten Rohandi Yusuf, eks  timnas Pra Olimpiade 1988.
Sayang, Nur Fajar dkk. gagal beraksi karena LSI U-21 tidak jadi digelar. Peluang tampil tahun depan juga pupus karena mayoritas dari mereka kelahiran 1994. 

Selepas kompetisi dihentikan, para pemain U-21 pun tercerai-berai. Padahal klub-klub LSI telah membentuk tim U-21 sebagai bagian aspek supporting team (tim pendukung) seperti yang disyaratkan oleh PT Liga Indonesia bagi klub yang mengambil lisensi profesional.

Manajemen Perseru ikut membubarkan Perseru U-21. Namun ada enam punggawa Perseru U-21 yang akhirnya terjaring ke tim Pra PON Papua asuhan Joko Susilo. Keenam pemain itu masih beraktifitas dan latihan rutin.

“Di Perseru masih tersisa banyak pemain berbakat yang terpaksa berhenti karena pembekuan PSSI. Saya kira anak-anak muda U-21 yang tergabung di klub-klub LSI lain, juga mengalami nasib serupa. Saya berharap banyak di antara mereka terjaring tim-tim Pra PON daerah masing-masing, agar mereka bisa berprestasi terus,” ucap Manajer Perseru, Yan Pieter Ayorbaba.

Nasib para pemain Persik U-21 musim lalu lumayan cerah. Mayoritas anak didik Alfiat yang sukses menembus babak semifinal LSI U-21 2014 mulai bergabung di klub-klub Divisi Utama 2015. Sayang akhirnya kompetisi kasta kedua nasional ini juga bubar dan mereka pun gagal mendapatkan pengalaman tanding.

“Kalau kompetisi tak berhenti, saya sudah main di Persis. Teman-teman juga banyak tersebar di klub-klub Divisi Utama lainnya. Saya masih beruntung karena Persis masih tampil Piala Polda Jateng lalu. Sehingga aktivitas saya tak berhenti total,” ujar Sandy Tyas, eks kapten tim Persik U-21. 

Kekecewaan juga dirasakan PSM Makassar U-21. Mereka termasuk tim yang paling serius mempersiapkan diri menghadapi LSI U-21 2015. Sejak awal Februari, mereka sudah menetapkan 25 pemain untuk menghadapi kompetisi usia muda jenjang terakhir menuju senior ini. Nur Fajar dkk. ditangani oleh eks striker PSIS Semarang, Syafril Usman dibantu asisten Rohandi Yusuf, eks  timnas Pra Olimpiade 1988.

Sayang, Nur Fajar dkk. gagal beraksi karena LSI U-21 tidak jadi digelar. Peluang tampil tahun depan juga pupus karena mayoritas dari mereka kelahiran 1994.