Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
akhir ini.
“Saya bisa menerima cobaan ini dengan ikhlas. Saya adalah korban saat ini. Lihat saja sejak saya masuk ke Salemba atau sejak diputus kasasi MA, ada ribuan SMS masuk ke handphone saya, tetapi tak ada satu pun yang nadanya menghina atau mencaci-maki. Justru sebaliknya semua nadanya membela dan menguatkan saya,” ujar Nurdin seraya menunjuk empat handphone yang dimilikinya.
Jika dibanding kasus yang pertama tahun 2004 hingga 2006 lalu, Nurdin mengakui ada yang mencaci dirinya. “Tetapi itu biasa, ada yang senang atau tidak,” sebut Nurdin.
Dari Salemba pula Nurdin tetap memikirkan secara intensif perkembangan sepakbola, termasuk timnas dan kompetisi. “Kemarin ada surat dari Uruguay yang mengharuskan PSSI segera membayar uang 12 miliar rupiah. Saya bilang ke Ketua BTN, Rahim Soekasah, segera secepatnya dibayar dan tak boleh terlambat. Saya berarti harus mencari duit sebanyak itu. Bagaimana caranya? Itu nanti saja. Di Salemba ini juga banyak konglomerat. Bahkan di sini ada 2.400 orang. Kalau seorang dimintai Rp 10 ribu saja maka sudah terkumpul lumayan,” ujarnya seraya tertawa.
Ia pun mulai mempermasalahkan pihak-pihak yang mencibir PSSI dan dirinya melakukan pertemuan atau rapat di Salemba. “Lihat saja, ada tahanan yang memberikan kuliah saja tak dipermasalahkan. Ini saya cuma melakukan pertemuan di sini sepertinya menjadi bahan perdebatan yang tak ada akhir,” ujar Nurdin.
Nurdin pun berharap perihal posisinya di Salemba tak perlu dipermasalahkan anggota PSSI karena ia hanyalah korban dari permainan politik. “Sekarang bagaimana cara kita menggairahkan sepakbola yang telah mendapat dukungan luar biasa dari masyarakat,” katanya.
Soal prestasi yang hingga kini belum bisa diberikan kabinetnya, Nurdin pun mencoba membandingkan dengan ketua-ketua umum PSSI sebelumnya. “Memang dulu ada yang pernah memberikan prestasi membanggakan. Kantor saja tak punya kok. Coba lihat sekarang, kita sudah bisa menjadi tuan rumah Piala Asia 2007. Mungkin nanti PSSI akan memiliki gedung bertingkat 17 dalam waktu dekat,” ujar pria kelahiran Watampone, 17 November 1958 itu.
(Penulis: Ary Julianto)