Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

RETRO: Liverpool vs Man. United, The Best Game

By Caesar Sardi - Senin, 29 Juni 2015 | 15:21 WIB
Fernando Torres dan Wayne Rooney, adu mental dan ketajaman. (Clive Brunskill/Mark Thompson/Getty Images)

Fernando Torres menyebut kesalahan besar jika manajemen Liverpool berniat memecat Rafael Benitez. Hubungan Rafa dengan pemilik klub, George Gillett dan Tom Hicks, memanas karena mereka tidak punya kesamaan visi soal kebijakan transfer untuk edisi Januari.

Rafa bahkan sempat menyentil dua pebisnis asal Amerika Serikat yang melakukan takeover atas The Reds pada Februari 2007 itu tidak tahu sepakbola dan tidak paham seberapa penting arti transfer window. Ujung-ujungnya muncul rumor Rafa akan dilengserkan.

Namun, dukungan kepada Rafa dari suporter dan para pemain mengalir deras. Rafa bukan sosok yang layak dilecehkan. Ia adalah manajer yang mengantar The Reds dua kali tampil di final Liga Champion termasuk juara pada 2005 dalam tiga musim kepemimpinannya. Yang masih hangat, di hadapan Gillet dan Hicks yang hadir di Velodrome, Rafa membuktikan lagi sebagai sosok brilian yang selalu bisa membangkitkan mental tim. Datang dengan situasi terjepit karena harus bunuh-bunuhan dengan Marseille pada matchday keenam Liga Champion, The Reds malah menghancurkan tuan rumah 4-0 sekaligus memastikan diri lolos ke fase knock-out, Selasa (11/12).

Torres dkk. menunjukkan penampilan terbaik sebagai sebuah tim yang solid, penetrasi cepat, pressing ketat, permainan berkelas dengan dilandasi mental juara. Tapi, kembali ujian besar telah menanti. The Reds akan menjamu musuh abadi, Manchester United, di Anfield, Minggu (16/12).

Rafa harus melecut lagi kepercayaan diri tim yang kerap tidak stabil di Premier League. Pekan lalu, misalnya, The Kop kalah untuk pertama kali di Premier League 2007/08 dari Reading 1-3. Tapi, jika The Reds kembali sebagus ketika melibas Marseille, laga ini dijamin bakal menjadi the best game untuk keduanya.

Rekor Buruk

Di lain sisi, United juga tengah dalam performa terbaik. Sir Alex Ferguson bahkan tidak membawa Cristiano Ronaldo, Carlos Tevez, Ryan Giggs, dan Rio Ferdinand saat timnya tandang melawan AS Roma di Olimpico (12/12) karena telah lolos ke fase knock-out.

Hanya Wes Brown, Michael Carrick, dan Wayne Rooney anggota starting line-up saat melibas Derby County 4-1 pekan lalu yang dibawa ke Roma. Di samping Nani, Darren Fletcher, dan Louis Saha, Fergie juga lebih antusias untuk memasukkan pemain junior seperti Danny Simpson, Jonny Evans, top scorer tim reserve Febian Brandy, dan kapten tim remaja musim lalu, Sam Hewson.

Tujuannya jelas, Sir Alex ingin timnya muncul dengan permainan terbaik di Anfield. Soal mental, The Red Devils juga tengah bagus-bagusnya. United kini hanya terpaut satu angka dari Arsenal. Setan Merah tinggal menunggu waktu untuk menyalip The Gunners. Jika menang di Anfield dan Arsenal gagal menang atas Chelsea, United bahkan bisa langsung menguasai klasemen.

Intinya Sir Alex membidik kemenangan karena maknanya sangat besar. Setelah mengalahkan Liverpool, kiprah United pun biasanya sulit diruntuhkan. Tiga musim lalu, setelah menekuk Liverpool di Anfield, United tak terkalahkan dalam delapan partai liga dengan hasil enam menang — termasuk menggilas Arsenal 4-2 di Highbury — dan dua seri. Hal serupa terjadi musim lalu di mana United keluar sebagai juara. Setelah menang atas Liverpool di Old Trafford, United menambah 22 angka secara beruntun dari tujuh kali menang dan sekali seri.

Rekor pertemuan Sir Alex pun lebih bagus. Sejak Rafa menangani The Reds pada 2004, Liverpool tidak pernah menang atas United di Premier League, baik di Anfield maupun Old Trafford. Dalam enam duel selama tiga musim, The Kop hanya menahan United sekali dan sisanya lima kali kalah, dua di antaranya di Anfield. Satu-satunya kemenangan 1-0 dicatat The Kop di Piala FA 2005/06.

Ataukah Rafa bisa membakar lagi keyakinan tim demi menghentikan rekor buruk pertemuan dengan United? Tapi, bisa juga The Reds tersendat karena kelelahan setelah habis-habisan di Velodrome. Dua sisi kemungkinan yang sama kuat dan bisa jadi malah merefleksikan hasilnya: imbang.

(Penulis: Yudhi F. Oktaviadhi)