Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ada motivasi besar yang diusung Pia Zebadiah pada final bulutangkis beregu putri SEA Games XXIV Nakhon Ratchasima. Dia ingin memberikan kado kegembiraan sekaligus obat bagi sang ayah, Djumharbey Anwar, yang tengah menderita sakit jantung.
Kendati sambil menangis ketika bertanding me lawan Fu Mingtian di partai penentuan, pemain asal klub Jaya Raya itu tampil seperti tanpa rasa capek. Dia ngotot dan bersemangat untuk menuntaskan kemenangan Indonesia atas Singapura 3-2 dalam final yang berlangsung di Gymnasium Vongchavalitkul University, Senin (10/12).
Setelah unggul 21-15 di gim pertama, dia kalah pada gim berikut 19-21. Saat jeda menghadapi gim ketiga itulah, pelatih Hendrawan, menyuntikkan motivasi agar Pia tampil habis-habisan sekalian untuk memberikan hadiah untuk sang ayah.
Ternyata mujarab. Kendati engkelnya cedera sejak dari Jakarta, pemain kelahiran Medan, 22 Januari 1989, itu main luar biasa. Pia pun akhirnya menang 21-10 dan memastikan Indonesia merebut emas, mengulang prestasi di SEAG 2001.
“Saya baru pertama kali tampil di SEA Games, jadi ya senang sekali,” ujarnya.
“Saya bertanding sambil menangis karena sedih ingat papa-mama, yang pasti lagi stres saat menonton di rumah. Jadi, kasihan saja. Apalagi, papa lagi sakit dan mudah-mudahan saja bisa sedikit terobati,” tambah Pia.
Sang ayah, Djumharbey Anwar, saat ini tengah dalam perawatan setelah pada Agustus silam, ketika mengunjungi kerabat di Surabaya, terkena sakit jantung. Kejadian itu berlangsung saat Markis Kido, yang juga kakak Pia, tengah berlaga pada Kejuaraan Dunia XVI di Kuala Lumpur.
Wajar pula Kido, yang berpasangan dengan Hendra Setiawan ikut menyumbang satu poin kemenangan bagi tim beregu putra Indonesia atas Singapura 3-0, menyebut kemenangan itu juga dipersembahkan untuk sang ayah.
“Saya dan Pia sangat senang bisa menyumbangkan medali emas bagi Indonesia. Kesuksesan itu pasti bisa membahagiakan orangtua. Kami sekeluarga sangat bahagia,” sebut Kido.
Menurut manajer tim Lius Pongoh, penampilan Pia memang istimewa. Berkat kemenangan tersebut, Indonesia, yang sebelumnya kurang diperhitungkan, ternyata mampu menyabet emas. “Pia main seperti tidak ada capeknya,” ujar Lius.
Ingin Sapu Bersih
Kesuksesan tim putri di nomor beregu itu juga berkat penampilan apik sektor ganda kita. Vita Marissa/Lilyana Natsir dan Jo Novita/Greysia Polii memberikan andil dengan menyumbang dua poin kemenangan. Sementara itu, Maria Kristin dan Adrianti Firdasari dijegal pemain tunggal Singapura.
Dalam kedudukan 2-2 itu, Pia tampil dengan beban berat. Dia harus bisa memenangi pertarungan agar Tim Merah-Putih merebut medali emas. Ternyata, dia mampu dan jadi pahlawan.
Setelah mengawali langkah awal dengan sempurna, tim Indonesia pun berharap bisa menyapu lima emas sisa di nomor perseorangan. Di kancah SEAG, Indonesia mampu tiga kali menyapu bersih tujuh emas yang tersedia: pada 1981 di Manila, serta 1987 dan 1997, yang kedua-duanya berlangsung di Jakarta.
“Yang terpenting berusaha sekuat tenaga dulu karena Tuhan di atas sana pasti akan memberi berkatnya yang terbaik,” sebut Lius.
Namun, kubu Indonesia harus prihatin setelah Sony Dwi Kuncoro, yang merupakan unggulan kedua, sudah tersingkir. Dia dikalahkan Kendrick Lee, 21-14, 12-21, 18-21, Selasa (11/12). Sisanya, semua pemain Indonesia lolos ke semifinal, yang digelar Kamis mulai pukul 14.00 waktu setempat.
(Penulis: Broto Happy W)