Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Vakumnya kompetisi di bawah PSSI tak hanya membuat klub LSI, Divisi Utama, dan amatir rugi. Akademi dan SSB juga merasakan hal yang sama.
Salah satunya Akademi Semen Padang yang sudah memiliki fondasi tim dari berbagai tingkatan usia mulai U-16 hingga U-21. Sebelum ada konflik PSSI dengan pemerintah, tim U-16 Semen Padang diproyeksikan mengikuti Piala Soeratin dan tim U-21 di LSI U-21.
“Setelah kompetisi dibubarkan praktis kami tidak memiliki agenda resmi. Hal ini sangat merugikan sebab kami melakukan pembinaan sudah lama dan terus berlanjut,” kata Manajer Akademi SP, Very Mulyadi.
Semen Padang konsisten melakukan pembinaan dengan mencari bibit pemain hingga ke Pulau Jawa, Papua, dan Maluku. Pemain yang telah masuk akademi diberi kesempatan untuk bersekolah di SMP dan SMA milik PT Semen Padang. Biaya yang dikeluarkan juga tak sedikit. Untuk satu pemain, anggaran yang disiapkan setiap tahun sebesar 200 juta rupiah.
“Tanggung jawab kami tak hanya menjadikan pemain muda sebagai pesepak bola hebat, tetapi mereka juga harus tetap sekolah,” lanjut Very.
Dengan kondisi sepak bola di dalam negeri yang tidak pasti, Akademi SP berencana mengikuti turnamen di Malaysia dan Singapura. Sebelumnya, mereka juga sering bekerja sama dengan Singapura untuk mengikuti turnamen.
“Mau bagaimana lagi, kami tak bisa berdiam diri. Setelah Idul Fitri kami akan menjajaki turnamen di luar Indonesia. Sejauh ini masih ada beberapa Asosiasi Provinsi atau Kota yang tetap menyelenggarakan turnamen,” tegasnya.