Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

RETRO: Duel Maut Fergie-Wenger

By Caesar Sardi - Senin, 29 Juni 2015 | 18:21 WIB
Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger, ditunjang jam terbang dan proyeksi jangka panjang. (Mark Thompson/Phil Cole/Getty Images)

Sebesar apa peran seorang pelatih dalam pencapaian sebuah klub? Tergantung dari sudut mana kita melihatnya, entah melalui sukses proyeksi jangka panjang sang arsitek di klub barunya itu atau lewat dampak signifikan.

Untuk ketegori pertama, kita harus akui Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger adalah jagonya. Dalam tahun-tahun pertama mereka bekerja, praktis tak ada dampak langsung bagi skuad Manchester United dan Arsenal.

Fergie butuh tujuh tahun sebelum menghadirkan gelar juara liga domestik buat Setan Merah serta empat tahun untuk Piala FA perdana. Sementara itu, Wenger perlu dua musim sebelum menyandingkan gelar ganda di tanah Inggris.

Meski melakoni start lamban, lihat di mana posisi dua klub ini berada saat ini. Hampir di setiap musim, keduanya selalu masuk lintasan perburuan mahkota liga. Ini lantaran proyeksi jangka panjang yang diplot kedua pelatih.

Untuk kategori kedua, Liverpool dan Chelsea tampak lebih unggul saat menggiring Rafael Benitez dan Jose Mourinho sebagai gaffer anyar. Mengapa? Di musim pertama, duet ini langsung menyumbang gelar prestisius. Rafa di pentas Liga Champion, sedangkan Mourinho di ajang Premier League.

Jika ada yang menyanggah, fakta dengan jelas menunjukkan bahwa keduanya sukses mendatangkan dampak signifikan bagi The Reds dan The Blues.

Mewaspadai Eriksson

So, komposisi klasemen di pengujung musim nanti amat mungkin bakal kembali mempertemukan duel maut antara racikan Fergie kontra ramuan Wenger. Untuk diguncang, kedua pelatih ini sudah terlalu hafal seluk-beluk BPL.

Namun, di sepakbola pascamodern seperti sekarang, tak ada yang bisa menaruh uang taruhan dengan aman. Meski kecil, Rafa atau Grant tetap punya peluang merusak mimpi Red Devils dan The Gunners.

Satu lagi nama yang bisa diperhitungkan adalah Sven-Goran Eriksson. Bekas pembesut timnas Inggris itu baru memulai kariernya di bangku pelatih Manchester City pascapembelian The Citizens oleh Thaksin Shinawatra.

Dari segi kasta, pasukan biru langit ini jelas tak layak untuk disejajarkan bareng empat klub di atas tadi. Gelar juara liga Inggris terakhir mereka saja dipetik pada 1968. Ya, hampir empat dasawarsa silam!

Namun, jika kita kembali menyinggung dampak signifikan kehadiran pelatih, Eriksson pantas mendapat sanjungan ekstra. Tengok saja posisi Martin Petrov dkk. yang sempat menikmati zona Liga Champion dalam 15 pekan.

Memasuki pekan ke-16, posisi tersebut memang turun. Namun, City tetap mampu mempertahankan ststus sebagai satu-satunya klub yang mencatat rekor 100% di kandang. Tentu ini tak lepas dari sosok Eriksson.

Modal lima tahun sebagai pelatih Inggris, Eriksson tentu cukup lihai untuk menarik atensi pers dari para pemainnya. Berbekal pengalaman di Benfica, AS Roma, Sampdoria, dan Lazio, Eriksson punya skill lebih guna menuai prestasi.

(Penulis: Sapto Haryo Rajasa)