Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

RETRO: Zaenal Arif Berharap Hukuman Sewajarnya

By Caesar Sardi - Senin, 27 April 2015 | 13:36 WIB
Ilustrasi. (Dok. BOLA)

Seiring kegagalan timnas melaju ke fase 8 besar Piala Asia 2007, sosok Zaenal Arif menjadi kambing hitam biang kegagalan. Bomber asal Persib itu dituding merusak harmoni tim karena melakukan tindakan indisipliner dua hari menjelang duel pamungkas Grup D melawan Rep. Korea.

Karena tindakannya keluyuran melebihi batas waktu jam malam, Arif diganjar hukuman pemecatan. Apa pembelaan Arif? Melalui sambungan telepon, Arif, yang tengah berada di Cikajang, Garut, menyampaikan keluh kesahnya kepada BOLA, Rabu Malam.

“Secara pribadi saya minta maaf karena telah mengecewakan PSSI, awak timnas, dan bangsa Indonesia karena bertindak bodoh tak mematuhi aturan disiplin pulang telat. Namun, perlu saya tegaskan, tak benar kalau hal itu saya sengaja lakukan melampiaskan kekesalan tak diturunkan sebagai pemain inti di dua laga timnas.

Pada hari itu saya ada urusan keluarga mendesak (Arif meminta detail urusannya tak dimuat). Saat pergi saya minta izin pada manajer dan pelatih. Namun, karena terlalu serius membahas permasalahan tersebut dengan sanak keluarga, akhirnya saya kemalaman.

Saat pulang perasaan saya sudah tak enak. Saya berupaya memacu kendaraan secepat mungkin agar bisa sampai ke hotel. Saya sampai ke kamar pukul 22.00 WIB, sejam lebih lama aturan jam malam timnas. Saat sedang rebahan tiba-tiba saya mendapat SMS dari manajer Andi Darussalam yang memberitahukan kabar pemecatan. Besok paginya saat bertemu Kolev dia membenarkan tentang hukuman tersebut. Perasaan saya hancur mendengarnya, tapi saya bisa menerima karena sadar memang bersalah dan tak profesional.

Malu Dipecat

Melihat perkembangan kasus ini saya berharap PSSI bersikap bijaksana. Saya tak tahu lagi harus berbuat apa jika benar Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, berniat menjatuhkan skorsing hingga dua tahun di timnas dan klub. Hidup saya sepenuhnya disandarkan pada sepakbola. Mau bekerja apa lagi jika mata pencaharian utama saya dimatikan?

Biar bagaimana pun saya sebelumnya tak pernah bertindak indisipliner di timnas. Sebagai seorang lelaki saya siap menerima hukuman susulan, tetapi kalau boleh memohon saya berharap hukuman tersebut sewajarnya saja.

Pemecatan sudah cukup membuat saya malu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya pribadi. Buat teman-teman di timnas saya ucapkan salut atas perjuangan mereka saat menghadapi Rep. Korea. Maaf jika saya tak bisa memberi dukungan secara langsung karena adanya kasus ini.”

(Penulis: Ario Yosia)