Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Giggs: United Butuh Pemain Bermental Juara

By Verdi Hendrawan - Senin, 29 Juni 2015 | 13:00 WIB
Ryan Giggs, tidak merasakan perbedaan antara Louis van Gaal dan Sir Alex Ferguson. (Getty Images)

Bagi Ryan Giggs, Manchester United adalah satu-satunya klub bagi dirinya. Tak heran, ia memutuskan tetap berada di Old Tra­ ord ketika pensiun sebagai pesepak bola pada 2014.

Cita-cita pria asal Wales itu saat ini adalah menjadi Manajer United. Giggs sedang belajar agar kelak dianggap layak menukangi Setan Merah. Setahun terakhir, pria berumur 41 tahun itu menjabat sebagai asisten manajer Louis van Gaal di United.

Dalam wawancara khusus kepada The Sunday Times, Giggs mengungkapkan perasaannya menjadi asisten Van Gaal, rekrutan anyar Memphis Depay, dan kabar seputar United lainnya. Sang mantan pemain sayap juga berbicara tentang kesuksesan timnas Wales sejauh ini di Kualifi kasi Euro 2016. Berikut adalah kutipannya.

United baru saja merekrut Depay. Pendapat Anda tentang pemuda Belanda itu?

Depay adalah tipe pemain yang akan disambut hangat di Old Traff ord. Dia raja gol Liga Belanda musim lalu, mencetak sejumlah assist juga. Dia adalah tipe pemain United. Fan kami menginginkan pemain yang menyenangkan, pemain yang dapat membuat fan bangkit dari tempat duduk demi melihatnya mencetak gol-gol spektakuler.

Apa yang istimewa dari Depay?

Satu hal yang mungkin adalah kekurangan kami sejak Cristiano Ronaldo atau jauh sebelumnya, David Beckham, hengkang adalah keahlian tendangan bebas. Tampaknya Depay punya catatan yang hebat terkait tendangan bebas.

Jika Anda dapat mencetak gol lebih banyak dari tendangan bebas dan sepak pojok, kualitas tim akan meningkat. Dia bisa membuat perbedaan yang nyata di setiap pertandingan.

Tidak bermaksud memberi tekanan, tapi saya berharap Depay dapat mencetak 10 gol tendangan bebas setiap tahun.

Depay diincar banyak klub, termasuk Liverpool, tapi memilih United.

Old Trafford adalah panggung yang tepat untuk pemain seperti Depay sebab jika segala upaya Anda berakhir tidak sesuai harapan, fan United akan tetap mendukung Anda.

United dikaitkan dengan sejumlah pemain saat ini, ter masuk sosok berpengalaman seperti Bastian Schweinsteiger dan Sergio Ramos. Pemain seperti apa yang United cari?

Jika ada pemain bermental juara tersedia, mari pergi merekrutnya! Sudah pasti kami perlu memperkuat tim karena kami berakhir di posisi keempat pada 2014/15. Tim-tim yang berada di atas kami juga pastinya akan memperkuat diri.

Lalu, kami punya tantangan tambahan musim depan, yakni berlaga di Liga Champion. Kami memerlukan pemain-pemain yang dapat meningkatkan kemampuan kami.

Apakah United akan kembali merombak skuat seperti di bursa transfer musim panas 2014?

Tidak, karena kami tidak terlalu jauh dari target musim lalu. Kami mempunyai rekor yang hebat di partai-partai besar musim lalu. Pada 2014/15, permasalahan utama kami adalah kon sistensi. Kami membuang poin yang seharusnya tidak perlu kami lakukan. Start kami musim lalu juga buruk.

Setahun terakhir Anda sepenuhnya menjadi seorang pelatih. Apa yang telah Anda pelajari sejauh ini?

Pelajaran? Bahwa Anda harus bekerja keras! Ketika masih sebagai pemain, segalanya cukup sederhana: datang, bersiap-siap, fokus pada setiap sesi latihan.

Melatih adalah hal yang berbeda. Anda harus berada di markas latihan pukul 8 pagi, pulang pukul 5 sore, lalu di rumah Anda masih berpikir tentang melatih.

Anda menghidupkan televisi untuk menonton sepak bola. Namun, bukannya bersantai menikmati per tandingan, Anda justru menonton dengan cara berbeda, melihat apa yang pelatih sebuah tim sedang lakukan. Pada dasarnya, seorang pelatih tidak punya waktu libur.

Ketika masih bermain dan mengalami kekalahan, pada dasarnya Anda hanya perlu mengevaluasi diri sendiri.

Namun, sebagai pelatih, Anda harus memikirkan segalanya. Apakah seharusnya kami membuat pergantian pemain tadi? Apakah kami memilih tim yang tepat? Apakah kami melatih mereka terlalu keras?

Bisa jelaskan mengapa pelatih tidak bisa berlibur?

Contoh pada saat ini adalah jeda kompetisi. Saya masih rutin berbicara dengan rekan saya yang juga asisten Van Gaal, Albert Stuivenberg, terkait pemain yang diincar di bursa transfer dan rencana untuk musim baru.

Pernahkah Anda berpikir untuk menggeluti profesi lain saat memutuskan pensiun sebagai pemain, misalnya seperti rekan Anda, Gary Neville, yang kini menjadi pandit?

Tidak. Menjadi pelatih adalah yang saya inginkan. Saya menikmati pekerjaan saya sama besarnya seperti ketika saya masih menjadi pemain. Tentang Gary, saya mengetahui betul rasa lapar, kemampuan, pengetahuan dan gairahnya akan sepak bola. Sisinya itu akan sia-sia jika ia tidak beralih menjadi pelatih.

Anda adalah asisten Van Gaal. Apa yang Anda telah pelajari darinya sejauh ini?

Tidak ada hal baru dalam hal detail, rasa lapar, profesionalisme, dan pengalaman. Saya telah belajar hal itu semua dari Sir Alex Ferguson. Namun, ada sedikit inovasi yang Anda lihat untuk pertama kali sebagai pelatih. Inovasi tersebut membuat Anda berpikir: ‘Wah, hal itu brilian!’

Pendapat Anda tentang Van Gaal?

Seseorang yang tidak takut, atau mungkin tidak memperlihatkan rasa takut. Dia memperlihatkan apa yang ia bisa lakukan secara taktik, punya kemampuan memimpin secara menyeluruh. Setiap orang di klub, baik staf maupun pemain, tahu siapa sang pemimpin. Dia adalah Louis.

Beralih ke timnas Wales. Suporter di negeri Anda belakangan sangat antusias mendukung timnas yang saat ini memuncakki Grup B di Kualifi kasi Euro

Saya sudah mengatakan untuk waktu yang lama. Jika Anda memproduksi sebuah tim yang bagus, Anda akan melihat stadion terisi penuh. Akhirnya, kami semakin dekat menuju Euro 2016.

Namun, saya belum mau berbicara banyak karena masih ada empat laga yang harus dimainkan. Tim Wales saat ini merupakan yang terbaik menurut saya, dalam hal sebuah kesatuan. Mereka terlihat bak sebuah klub.

Di era saya, jika Anda kehilangan pemain tertentu, tim Anda akan kesusahan. Namun, Wales saat ini adalah tim yang sesungguhnya dengan bantuan penampil kelas dunia, Gareth Bale.

Apakah Anda masih rutin bertemu mantan manajer Anda, Sir Alex?

Beberapa kali bersama Nicky Butt, Paul Scholes, dan Gary. Kami sempat makan malam bersama. Saya masih memanggilnya ‘Manajer’. Dia selalu mengusik kami untuk mengambil lisensi kepelatihan. Setiap kali bertemu, Sir Alex selalu memastikan kami telah dalam proses mendapatkan lisensi melatih.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P