Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kenapa Van Gaal dan Koeman Tidak Akur?

By Wisnu Nova Wistowo - Sabtu, 27 Juni 2015 | 22:25 WIB
Ronald Koeman dan Louis van Gaal, rivalitas akan berlanjut di musim mendatang. (Getty Images)

sama asal Belanda. Namun, jangan harap akan melihat kedua pria tersebut akan bersikap bersahabat satu sama lain. Hubungan yang kurang harmonis di antara mereka sudah lama terjadi, bukan hanya setelah mencari nafkah di Premier League sebagai pelatih.

Louis Van Gaal menangani Manchester United dan Ronald Koeman bertugas di Southampton. Kebetulan juga keduanya memulai tugas di saat yang bersamaan, awal musim 2014/15. Baik Van Gaal maupun Koeman tak pernah berusaha menutupi niat untuk saling mengalahkan bila kedua tim asuhan mereka bertemu.

Dalam konferensi pers, kedua pelatih tersebut juga tak pernah berusaha untuk menyembunyikan rasa saling tidak suka. “Di Inggris, sudah menjadi tradisi di mana para manajer minum segelas anggur bersama setelah pertandingan. Dengan Louis, kami dua kali gagal melakukannya musim lalu,” kata Koeman di Mirror.

Koeman menyatakan rivalnya itu hanya beruntung ketika mengalahkan Southampton 2-1 di kandangnya, Desember lalu. “Tetap saja di meja sudah tersedia anggur, tapi Louis menolak bergabung dengan alasan tak ada waktu,” ujar Koeman lagi.

Sebulan setelah partai tersebut, Southampton bertandang ke Old Traffod dan menang 1-0. Koeman mengaku menunggu tawaran minum anggur bersama setelah partai itu. Tapi, setelah menunggu selama 15 menit, Van Gaal masih terlalu sibuk dengan media sehingga akhirnya Koeman meninggalkan tempat tersebut seraya mengirimkan salam buat seterunya.

“Saya mulai berjalan menuju bus tim ketika Louis datang dan bertanya saya hendak ke mana. Saya jawab saya harus pergi, seperti yang ia lakukan di St. Mary,” ujar pelatih berusia 52 tahun itu.

“Saya tak bermaksud kasar. Mungkin kami akan berkesempatan merasakan segelas anggur bersama di musim depan. Untuk saat ini, saya tidak ada masalah dengan Louis. kami saling bersalaman dan meneruskan tugas melatih,” tutur Koeman lagi.

Ikut campur Koeman pernah menjadi asisten Van Gaal ketika menangani Barcelona pada periode 1997-2000. Keduanya juga pernah bersama di Ajax, ketika Koeman menjadi pelatih pada 2001-2005 dan Van Gaal menjabat Direktur Teknik.

Koeman sangat tidak senang ketika Van Gaal selalu berusaha ikut campur dalam urusan menangani tim dan mengacaukan sesi latihan. Van Gaal mencap Koeman lemah dalam urusan menangani pemain bintang macam Zlatan Ibrahimovic. Pada Agustus 2004, Van Gaal menerapkan batas akhir penjualan Ibrahimovic sebelum Koeman mendapatkan penggantinya dan memicu kemarahannya.

Van Gaal meninggalkan Ajax pada 2004 dan menyebut Koeman sebagai pemicu kepergiaannya. Sejak itu, perseteruan Van Gaal dan Koeman selalu panas dan berlanjut hingga keduanya mengadu nasib di Premier League. Dalam wawancara dengan Voetbal International, Koeman menertawakan nama Van Gaal yang ada dalam daf­tar nominasi pelatih terbaik musim lalu.

“Saya tak mengerti kenapa mereka bisa menominasikannya untuk penghargaan LMA, hahaha...,” begitu Koeman berkomentar.

Meski selalu berseberangan dengan Van Gaal, Koeman tak ragu memuji pelatih yang menurutnya memang bagus. Ketika banyak orang dan pelatih mengkritik pelatih Chelsea, Jose Mourinho, yang kerap bermulut besar, Koeman tak selalu berpikir demikian. Ia juga tak sepenuhnya setuju dengan opini bahwa gaya permainan yang diterapkan Mourinho dinilai membosankan.

“Saya rasa ia seorang fenomenon. Ia menjuarai Premier League dengan selisih nilai yang jauh dari tim lain dan juga menjuarai Piala Liga,” ucap Koeman.

Koeman juga mengaku menghormati Garry Monk, pelatih Swansea yang dinobatkan sebagai yang terbaik musim lalu.