Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Sanggupkah Evan Dimas Bersinar di J-League?

By Firzie A. Idris - Minggu, 28 Juni 2015 | 00:30 WIB
Evan Dimas, Hansamu Yama Pranata, dan Adam Alis Setyano akan mencoba peruntungan di J-League (BOLA)

League akan kembali mencoba beberapa pemain Indonesia seperti Evan Dimas, Hansamu Yama Pranata, dan Adam Alis Setyano. Apa saja tantangan yang akan mereka hadapi?

Dari beberapa pemain Indonesia yang mencoba peruntungan di Jepang sejak 2013, hanya Irfan Bachdim dan Stefano Lilipaly yang sempat dikontrak klub-klub Jepang.

Namun, mereka sulit mendapat tempat di tim utama. Musim lalu, Irfan Bachdim tak pernah tampil di ajang resmi bersama Ventforet Kofu, sedangkan di musim ini Irfan baru tampil total 70 menit bersama klub Divisi II, Consadole Sapporo.

Lilipaly juga mengalami kondisi yang hampir serupa. Ia bahkan sama sekali tak mendapat kesempatan tampil di ajang resmi kala berseragam Consadole di musim lalu. Pada tahun 2013, pemain Asia Tenggara yang terbilang moncer di Jepang adalah striker senior Vietnam, Le Cong Vinh, di Consadole Sapporo.

Berstatus pinjaman dari Song Lam Nghe An, Cong Vinh bermain 11 kali dan mencetak dua gol di mana salah satunya tercatat sebagai gol tercepat di J-2. Cong Vinh sebenarnya akan dipertahankan oleh Consadole, tetapi ia memutuskan kembali ke Vietnam.

Pemain Indonesia yang juga sempat menjajal peruntungan di Jepang adalah Andik Vermansah, Syakir Sulaiman, Gavin Kwan Adsit, Ryuji Utomo, dan Syamsir Alam. Dari sederet nama itu, hanya Andik yang hampir mencapai kesepakatan kontrak. Selebihnya gagal bersaing.

“Punya pemain yang berkarakter cepat dan keras belum cukup untuk menjadikan Jepang bersaing di tingkat dunia. Untuk itu di tingkat akademi kami mulai memberlakukan persyaratan postur,” kata Kenta Hasegawa, pelatih Gamba Osaka.

Persyaratan itu bisa menjadi kendala buat pemain Indonesia.
 
Mengapa Pemain Indonesia Sulit Menembus Jepang?

Teratur

Kehidupan masyarakat Jepang yang serbateratur sedikit banyak memengaruhi gaya bermain di sepak bola. Meski belum ada riset khusus yang teruji secara ilmiah, para pelatih usia muda di Jepang menyadari hal itu. Disiplin dan menghargai peraturan membuat pemain Jepang tak pernah bentrok di lapangan hanya karena ditekel atau perkara sepele. Bahkan saat makan bersama, pemain Jepang sangat menghargai tukang masak dengan menghabiskan makanan dan membantu merapikan kursi.

Hidup Sederhana