Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Suap menyuap sebenarnya adalah masalah lama yang setiap kali menyertai perjalanan sepak bola nasional. Di Indonesia, kasus pertama mencuat pada tahun 1962. Kasus itu menyeret sejumlah pemain tim nasional Indonesia yang akan bertanding di Asian Games Jakarta.
Skandal suap itu mulai terkuak pada awal Januari 1962 dan memuncak pada 19 Februari 1962 ketika Indonesia beruji coba dengan tim Vietnam Selatan. Penyelidikan dari pihak Kepolisian mengungkapkan bukan sekali dua kali saja para pemain timnas bermain mata dengan bandar judi.
Hasil penyelidikan menyebutkan, pertandingan-pertandingan yang ditemukan telah diatur itu seperti pertandingan timnas Indonesia dalam ujicoba melawan Malmoe (Swedia), Thailand, Yugoslavia Selection dan Ceko Kombinasi.
Kala itu timnas Indonesia diisi pemain seperti Ishak Udin, Iljas, Sunarto, Hengky Timisela, Pietje Timisela, Omo Suratmo dari Persib. Mereka dipadu dengan pemain senior seperti Liong Houw, Phwa Sian Liong, Idris Mapakaja, Manan, Frans Jo dan Dirhamsjah.
Kasus tersebut menyebabkan pelatih Antun “Tony” Pogacknik berurusan dengan pihak Kepolisian. Namun dalam penyelidikan itu Tony terbukti tidak terlibat dalam match fixing.
Setidaknya ada 10 pemain timnas saat itu yang dikenakan skorsing seumur hidup. Banyak di antaranya adalah para pemain utama yang menjadi andalan Toni Pogacnik. Namun skorsing itu akhirnya dikurangi menjadi delapan bulan saja.
Selanjutnya kasus suap muncul terang benderang lagi pada awalnya berdirinya Kompetisi Galatama. Kasus itu menyeret beberapa pemain tenar dari klub Warna Agung, UMS 80, Perkesa 78, Cahaya Kita dan Caprina. Bahkan pengurus klub Cahaya Kita sempat dikenai hukuman oleh PSSI. Sosok Lo Bi Tek alias Rubianto Susilo dan Sun Kie menjadi sorotan utama dalam kasus-kasus suap di Galatama.
"Saya memang petaruh, tapi bukan penyuap. Saya juga tidak pernah mengatur skor pertandingan," ujar Bie Tek kepada BOLA tahun 1984.
Namun suap itu tak hanya di Galatama saja. Di timnas pemain beberapa pemain tenar timnas seperti Noach Marien, Bambang Nurdiansyah dan Elly Idris sempat dihukum PSSI. Namun akhirnya hukuman mereka dihapuskan. “Kami dulu hanya diajak makan-makan oleh seseorang yang dicurigai sebagai bandar,” kata Bambang.