Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ada hikmah di balik dihentikannya kompetisi di Indonesia. Pemain sepak bola yang kehilangan pekerjaan mulai mencoba menekuni bisnis yang selama ini hanya ada dalam angan-angan.
Dengan mengambil modal dari tabungan yang dimiliki, mantan striker Persik Kediri, Dimas Galih, memulai bisnis penatu (laundry). Usaha itu ditekuninya setelah kompetisi dibubarkan dan Dimas kembali ke kampungnya di Bekonang, Sukoharjo, Solo.
“Saya malas mencuci pakaian. Saat tinggal di mes, baju dan celana saya kirim ke laundry. Jadi, saya tidak direpotkan dengan cucian,” kata Dimas.
Meski membuka usaha di kota kecil dan banyak pesaing, pemain yang terakhir kali memperkuat PSGC Ciamis setelah tim Persik dibubarkan ini optimistis memiliki pelanggan tetap.
“Terpenting adalah kejujuran. Sekali tidak jujur, kepercayaan konsumen akan hilang. Bisnis ini mengandalkan kejujuran karena saya memilih jemput bola.
"Pelanggan tinggal menelepon, saya yang mengambil baju kotor. Meski tidak ada pelanggan saat menimbang, saya tetap mencantumkan berat baju kotor sesuai timbangan. Saya tidak akan menaikkan satu ons pun hanya untuk keuntungan pribadi,” sebutnya.
Dua Karyawan
Usaha Gumilang Laundry dijalani Dimas sejak dua bulan lalu. Dari usaha itu, paling tidak pemain berusia 24 ini bisa mengantungi keuntungan bersih Rp70.000 per hari. Bila sedang ramai, pemasukannya mencapai Rp120.000.
“Keuntungannya tidak besar. Terutama bila dibandingkan bermain bola. Tapi, mau bagaimana lagi kalau kompetisi dihentikan? Saya tidak bisa berdiam diri menghabiskan tabungan. Saya juga belajar menghargai uang kecil. Untuk mendapatkan uang kecil harus bekerja keras,” kata Dimas, yang memiliki dua karyawan dengan dua mesin cuci untuk menjalankan usahanya.
Tak hanya penatu, Dimas juga membuka toko kelontong dan berencana merambah ke bisnis rental PS. Menurutnya usaha itu sangat prospektif karena libur sekolah berbarengan dengan bulan puasa.