Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kontrak Ivan Kolev sebagai pelatih timnas Indonesia agaknya tak akan diperpanjang lagi. Pelatih asal Bulgaria yang kembali menangani pasukan Merah Putih sejak Januari 2007 itu semula ditargetkan masuk final oleh Nurdin Halid, Ketua Umum PSSI.
Kolev dan punggawa timnas lain sudah memahaminya. Kegagalan melaju ke semifinal dan hanya bisa menang 3-1 atas Kamboja, seri 0-0 kontra Myanmar, dan kalah 1-2 dari Thailand tak membuat petinggi PSSI mempertahankannya meski sempat sukses di Piala Asia lalu.
“Soal Kolev, kami serahkan sepenuhnya ke BTN. Kami sudah membuat evaluasi dan laporan menyeluruh soal timnas U-23,” kata Andi Darussalam, manajer timnas. Meski kegagalan itu menjadi tanggung jawab Kolev, Andi melihat unsur klub yang ikut mengganggu selama proses pelatnas menjadi salah satu penyebab.
“Kita tak bisa terus-menerus begini. Saat pelatnas konsentrasi pemain selalu diganggu klub dan kompetisi. Saya usulkan kelak pembentukan timnas dalam jangka panjang tidak mendapat gangguan dari klub,” ujar Andi.
Hal sama pun menjadi pemikiran Rahim Soekasah, Ketua BTN. “Untuk memutuskan soal Kolev, kita kembalikan ke pemimpin PSSI karena saat saya ditunjuk sebagai Ketua BTN, Kolev sudah ada di situ. Tapi, saya mempunyai rekomendasi soal kegagalan ini,” sebut Rahim.
Untuk ke depan, Rahim ingin pelatih timnas senior harus diduduki pelatih lokal. Benny Dollo, pelatih Persita yang kini ditunjuk memoles timnas Liga Selection melawan Borussia Dortmund (19/12), ia ajukan sebagai kandidat. Tapi, selain Benny, nama Rahmad Darmawan juga diusulkan untuk menangani timnas senior nanti.
Untuk timnas usia muda seperti U-19, U-21 atau U-23, Rahim menginginkan program jangka panjang, termasuk pelatihnya. “Jangan sekali gagal lalu pelatihnya dipecat. Itu bukan pembinaan. Lain halnya dengan senior, yang kita harus melihatnya dari prestasi saja,”ucap Rahim.
Program Seragam
Masukan untuk pelatih pun muncul. “Sebenarnya tak ada masalah dengan liga kita. Bahkan menurut AFC, Indonesia adalah salah satu yang terbaik di Asia Tenggara. Hanya, keseragaman pelatih di klub dengan pelatih timnas harus berjalan. Pelatih di klub kini hanya mementingkan gelar juara, bukan membina pemain,” ungkap Mundari Karya, asisten pelatih timnas Liga Selection.
Lain halnya dengan Benny. Ia melihat komunikasi antara pelatih timnas dengan klub harus lebih mesra. “Bagaimana kita mau melatih pemain jika program antara klub dan timnas tidak saling mendukung? Ini harus diperbaiki, tidak asal ganti pelatih jika gagal,” ujar Benny.
Melihat syarat dan masukan dari para pelatih, agaknya PSSI lewat BTN perlu kerja keras untuk merumuskan cara yang tepat dalam membuat program timnas. Program tidak saja berisi tentang masalah pemilihan pelatih, tapi juga masalah teknis yang berkembang di lapangan.
(Penulis: Ary Julianto)