Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kaus Kaki dan Marjinalisasi Sepak Bola Perempuan

By Andrew Sihombing - Sabtu, 20 Juni 2015 | 09:10 WIB
Kaus kaki ditarik hingga di atas lutut seperti yang dilakukan gelandang timnas Spanyol, Vicky Losada, adalah pemandangan jamak di Piala Dunia Perempuan 2015. (Lars Baron/FIFA via Getty Images)

Piala Dunia Perempuan 2015 punya makna jauh lebih hebat dari sekadar memperebutkan gengsi sebagai tim sepak bola kaum Hawa terbaik di seantero jagat. Paling tidak, demikianlah yang dirasakan FIFA, sang pemegang otoritas tertinggi sepak bola dunia.

Kredibilitas FIFA saat ini hancur lebur akibat skandal suap yang dilakukan sejumlah petingginya. Hanya, di sisi lain, borok ini malah menjadikan perhatian terhadap lembaga yang beranggotakan 209 asosiasi sepak bola negara dari seluruh dunia ini kian hebat. Bad news are good news, bukankah begitu kata ujar-ujar?

Publik malah menjadi penasaran mengamati segala gerak-gerik FIFA, termasuk PD Perempuan 2015 yang diselenggarakannya. Nah, saat mengamati pelaksanaan turnamen di Kanada inilah publik mau tak mau akan dibuat kagum dengan kerja hebat FIFA dan Sepp Blatter (yang akhirnya mundur dari jabatan sebagai bos FIFA beberapa waktu lalu) menaikkan gengsi sepak bola perempuan.

Tingginya jumlah penonton di stadion bisa menjadi salah satu tolok ukur sederhana untuk melihat keberhasilan FIFA mempromosikan olah raga ini. Saat PD Perempuan digelar pertama kali di Tiongkok pada 1991, data resmi melansir bahwa total penonton di stadion ‘hanya’ 510 ribu alias rata-rata 19 ribuan per partai.

Jumlah itu kini melonjak sangat drastis. Laga pembuka antara tuan rumah Kanada melawan Tiongkok misalnya, dihadiri oleh lebih dari 52 ribu penonton. Ini adalah rekor untuk pertandingan tim semua cabang olah raga di Kanada.

“Untuk partai ketiga timnas Kanada di fase grup, tingginya permintaan tiket membuat kami harus membuka tribun atas Olympic Stadium,” kata Sekjen Asosiasi Sepak Bola Kanada (CSA) Peter Montopoli di Channel News Asia.

Catat juga bahwa tiket untuk laga final pada 5 Juli di Stadion BC Place, yang berkapasitas lebih dari 54 ribu tempat duduk, sudah ludes terjual sejak jauh hari. FIFA sendiri memprediksi jumlah penonton keseluruhan akan melewati rekor 1,2 juta orang pada PD Perempuan 1999.

Paparan media pun luar biasa. PD Perempuan edisi 2015 tidak cuma disiarkan stasiun televisi besar Kanada seperti CTV, TSN, dan RDS, tetapi juga oleh BBC (Inggris), FOX Sports (AS), NBC Deportes (Spanyol), hingga SBS (Australia).

Data Nielsen melansir bahwa laga Grup D antara AS versus Nigeria di FOX ditonton oleh 5 juta orang. Bandingkan dengan 6,3 juta pasang mata yang menyaksikan duel final NBA lewat layar kaca.

Degil
Ironisnya, fakta memperlihatkan betapa PD Perempuan tetap merupakan ajang yang dimarjinalkan oleh FIFA sendiri. Beberapa hal bisa dipakai sebagai dasar untuk berkata demikian.