Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Gaji Tertunggak, Motor Kreditan Dimas Akan Disita

By Wisnu Nova Wistowo - Sabtu, 27 Juni 2015 | 23:55 WIB
Dimas Galih Gumilang, motornya terancam ditarik leasing. (BOLA)

Sudah jatuh tertimpa tangga. Perumpamaan itu cocok untuk menggambarkan nasib Dimas Galih Gumilang, eks striker Persik Kediri. Kala gaji di musim lalu belum dibayarkan, kini sepeda motor yang diangsur dari gajinya akan disita oleh pihak leasing.

“Angsuran sepeda motor ini terlambat dua bulan. Saya sudah dihubungi pihak leasing yang akan menyita motor. Kalau mau menyita silakan saja datang ke rumah saya di Bekonang,” ucap Dimas.

Setelah kompetisi dihentikan, Dimas kembali ke kampungnya di Bekonang, Sukoharjo, Solo. Dirinya mulai membangun usaha jasa pencucian dan penyewaan Play Station karena sudah tidak ada pemasukan sebagai pesepak bola.

Terkait sepeda motor miliknya, pembayaran memang diangsur dengan sistem potong gaji. Saat itu, dia masih bermain di Persik yang berlaga di Liga Super Indonesia 2014. Menurutnya, manajemen menawarkan kepada pemain untuk memiliki sepeda motor dengan cara mengangsur yang diambil dari gaji pemain.

“Sepeda motor itu bukan fasilitas dari klub. Pemain ditawari membeli motor secara kredit. Angsurannya pun diambil dari gaji pemain. Gaji saya dipotong sebesar 1 juta rupiah setiap bulan,” katanya.

Tak Tahu

Namun, saat kucuran gaji mandek, Dimas tak terlalu fokus bagaimana nasib kreditan motornya. “Saya tidak tahu setelah gaji tak dibayarkan, ternyata angsuran juga ikut menunggak. Pihak leasing mengatakan angsuran sudah dua bulan terakhir belum dibayar,” ucap Dimas, yang terakhir kali membela PSGC Ciamis sebelum kompetisi Divisi Utama dan LSI dibubarkan tahun ini.

Tunggakan gaji yang belum dibayarkan manajemen memang merepotkan Dimas. Setidaknya, gaji yang tersisa bisa digunakan untuk tambahan modal. Menurut penuturan pemain kelahiran Surabaya, 15 November 1991 itu, Persik menunggak gajinya hingga empat bulan.

Nasib serupa dialami rekan Dimas di Persik, Suswanto, dan hampir semua pemain yang mengambil motor dari dealer yang sama. Menurut mantan anggota timnas U-23 itu, pemain sepakat tak mau membayar cicilan atau menyerahkan motor kreditannya.

“Perjanjian utangpiutangnya kolektif. Manajemen Persik jadi penjaminnya. Seharusnya leasing atau dealer berhubungan dengan pengurus. Kami justru kasihan dengan staf Persik karena saat mengambil motor, teman-teman dari luar Kediri pinjam KTP staf itu, sementara manajer tim Anang Kurniawan lepas tangan,” tutur Suswanto.

(gon/tot/kuh)